ESANDAR, Jakarta – Pasar saham bergerak naik ditengah pengumuman data ekonomi Indek Harga Konsumen, IHK (CPI) Amerika Serikat. Sebaliknya, Dolar AS lemah atas sejumlah mata uang lainnya, meski menguat atas Aussie. Harga Emas pun naik merespon gejolak politik Washington DC.
Bursa saham Asia pasifik naik, sesaat ketika investor yang menunggu data inflasi konsumen A.S. diterbitkan. Data ekonomi ini cukup signifikan, mengingat sebagai acuan prospek kebijakan suku bunga The Federal Reserve.
The Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan suku bunga empat kali tahun ini. Terlebih jika inflasi meningkat. Komisi Pasar Bebas Federal (FOMC) akan mengadakan pertemuan rutin pada 21 Maret nanti. Keyakinan tinggi adalah pada pertemuan ini akan diputuskan mengenai kenaikan suku bunga The Fed.
Indeks Hang Seng Hong Kong ditutup lebih tinggi dalam perdagangan yang berombak. Indeks Nikkei 225 berganti arus dari merah ke hijau sebelum ditutup lebih tinggi 0.66. Perkembangan baru dalam skandal kroniisme menekan pemerintahan PM. Shinzo Abe. Kenaikan tariff impor baja AS menjadi sentiment negative bagi saham di sektor baja, JFE Holdings dan Nippon Steel masing-masing turun 0.68 persen.
Bursa Seoul naik tipis di tengah kenaikan di sektor teknologi, dimana indeks Kospi naik 10.37 poin atau 0.42 % ditutup pada 2,494.49. Saham raksasa teknologi Samsung Electronics dan SK Hynix masing-masing naik 3.9 % dan 6 %.
Kenaikan bursa saham di Asia berimbas ke Eropa. Bursa saham Jerman naik, meskipun keuntungan secara keseluruhan tetap teredam menjelang data inflasi konsumen A.S. Indeks DAX naik 26 poin atau 0.21 % ke 12,444 setelah naik 0.6 % pada sesi sebelumnya. Saham E.ON melonjak hampir 6 %. Utilitas tersebut mengumumkan dividen khusus kepada pemegang saham setelah membukukan hasil turnaround untuk tahun 2017.
Bursa saham AS juga diperdagangkan naik setelah rilis data menunjukkan inflasi A.S. tetap jinak. Kekhawatiran menyeruak bahwa inflasi mungkin akan meningkat terlalu cepat. Indek Dow Jones naik 132 poin dimana saham Intel memimpin kenaikan. Indek S&P 500 naik 0.4 % dimana saham bahan bangunan dan layanan kesehatan sebagai sektor dengan kinerja terbaik. Indek Nasdaq naik 0.3 % dan mencapai level tertinggi sepanjang masa.
Pada perdagangan mata uang, AUDUSD gagal memanfaatkan momentum. Dolar AS yang masih lemah, mampu memukul Aussie sehingga mata uang Australia ini berbalik negative setelah menyentuh level tertinggi dalam perdagangan harian. AUDUSD sempat mencapai titik 0.7896 selama sesi AS. Pasangan ini terpengaruh oleh risk aversion dan berbalik tajam.
Pasar keuangan memang terguncang dan dollar AS melemah pada akhir Selasa setelah Presiden Donald Trump mengumumkan pemecatan Menteri Luar Negeri Rex Tillerson karena dianggap gagal mengatasi masalah nuklir Iran.
Euro, terbukti tangguh dalam menghadapi ketidakpastian politik Italia dan AS. Dibantu dengan kenaikan imbal obligasi yang stabil, para investor merasa nyaman dengan prospek risiko politik Eropa. Surplus neraca berjalan zona Euro disisi lain telah memberikan perlindungan dasar yang penting bagi Euro. Ditengah ketakutan tingkat resiko kredit yang meningkat.
Pasangan GBPUSD juga memperpanjang kenaikan dan mencapai level tertinggi dalam dua minggu dilevel 1.3993. Dolar AS meluncur setelah data inflasi AS tidak ada kejutan yang positif. Tekanan jual makin tinggi menyusul berita Presiden Donald Trump memilih Mike Pompeo sebagai pengganti Rex Tillerson.
Perdagangan USDJPY terpangkas setelah kenaikan kuat di sesi Asia. Namun berbalik arah setelah menyentuh level tertinggi harian di 107.28. Data inflasi AS gagal menunjukan tren bullish. Berita politik AS mendorong aksi risk aversion. Kondisi ini diperkuat dengan turunnya imbal obligasi AS.
Pada perdagangan komoditi, harga emas naik di tengah meningkatnya permintaan safe haven karena kekhawatiran tentang gejolak dalam pemerintahan Donald Trump. Harga emas untuk kontrak pengiriman April naik $ 6.40 atau 0.49% menjadi $ 1,327.20 per troy ounce. (Lukman Hqeem)