ESANDAR, Jakarta – Hingga akhir pekan kemarin, kondisi Dolar AS masih mengalami tekanan dari mata uang utama dunia lainnya. Meskipun Presiden Donald Trump menegaskan dirinya menginginkan Dolar AS kuat dan lebih kuat lagi dimasa depan.
Pasar lebih merespon pernyataan Menteri Keuangan AS sebelumnya, Steven Mnuchin, hal ini mengakibatkan EURUSD ditutup menguat di level 1,2426, GBPUSD ditutup menguat di level 1,4157, AUDUSD ditutup menguat di level 0,8109 dan USDJPY ditutup menguat di level 108,58.
Presiden Donald Trump dalam wawancara dengan CNBC menyatakan pesan bahwa dirinya ingin Dolar AS menguat di masa depan dan beberapa programnya dibutuhkan AS untuk memulihkan ekonominya serta peluang investasi ke AS sangat terbuka bagi segala pihak sehingga iklim persaingan mata uang akhir pekan lalu sangat kental terasa dan membuat emas juga dalam ruang koreksinya.
Tampaknya juga persaingan tersebut masih akan muncul di awal pekan ini dengan segala kepentingan yang akan mempengaruhi keinginan investor untuk mengoleksi dan menutup bulan ini dengan positif atau negatif kepada dolar AS jelang FOMC meeting berlangsung di pekan ini.
Dolar AS sendiri berharap segala bentuk kegiatan atau pernyataan dari Presiden Trump juga bersifat kontroversial sehingga dapat merugikannya. Sebetulnya bila melihat dolar yang terus melemah maka data neraca perdagangan AS akan menyempit defisitnya sehingga di sini ada peluang ekonomi AS akan menikmatinya.
Melihat dolar AS melemah terus justru membuat beberapa bank sentral di luar AS sedang kebingungan karena bisa dolar AS terus melemah maka produktivitas mereka juga tentu akan terganggu dengan terbatasnya ekspornya ke AS dan membanjirnya produk-produk barang asal AS, apalagi AS terus meningkatkan peran proteksi impornya serta memperketat pengawasan terhadap hak paten dar barang-barang impor yang masuk.
Pasar hari ini akan melihat perkembangan data tingkat harga di sisi konsumen yaitu dari data core PCE yang merupakan data inflasi patokan dari The Fed. Investor juga akan melihat data dari pengeluaran dan penghasilan pribadi dari warga AS. Semua data akan menunjukkan sebuah kemampuan warga AS terhadap pola konsumsi mereka yang dapat mempengaruhi produktivitas dan tingkat harga atau inflasi AS di masa yang akan datang.
Bila data-data tersebut menunjukkan peningkatan, maka memang ada peluang bagi dolar AS untuk menekan emas dan mata uang utama dunia lainnya karena keyakinan The Fed untuk menaikkan suku bunganya 3 kali di tahun ini makin menguat dan sekaligus menunjukkan bahwa beberapa pernyataan pejabat AS seperti Steven Mnuchin dan Trump hanyalah sebuah retorika saja di balik sebuah kekuatan ekonomi AS yang masih tegar menghadapi serbuan peningkatan ekonomi di Eropa dan Asia. (Lukman Hqeem)