Australia

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar Australia mengakhiri perdagangan diakhir pekan dalam kondisi tertekan. Penjualan ritel Australia yang turun dibulan September menjadi sentumen jatuhnya Dolar Australia. Penjualan ritel hanya naik 0.2% pada bulan September dari bulan sebelumnya, lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan 0.3% yang diperkirakan oleh para ekonom.


Meski demikian, penurunan ini berisfat terbatas menyusul surutnya ketegangan Perang Dagang AS – China. Presiden Donald Trump dalam sebuah cuitan berkata bahwa AS dan China semakin dekat untuk membuat kesepakatan perdagangan dan mengatakan kedua negara akan memiliki kesepakatan yang baik.


Data ekonomi Australia terkini menunjukkan bahwa penjualan ritel Australia naik kurang dari yang diharapkan pasar pada bulan September, meskipun pengeluaran untuk makanan dan di restoran relatif kuat. Dimana berdasarkan laporan data dari kantor Biro Statistik Australia yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan bahwa penjualan ritel naik 0.2% pada bulan September dari bulan sebelumnya, dibandingkan dengan kenaikan 0.3% yang diperkirakan oleh para ekonom.
Penjualan ritel sektor makanan naik 0.4% selama sebulan, sementara belanja di kafe dan restoran meningkat 0.5%.

Pengeluaran untuk pakaian dan sepatu turun 1.2%. Sementara belanja ritel naik 0.2% pada kuartal ketiga, dari kuartal kedua, ABS menambahkan. Konsumen tetap dalam sorotan di tengah kekhawatiran bahwa jatuhnya harga rumah, pertumbuhan upah yang lemah dan tingkat utang akan mengurangi pengeluaran dan memperlambat ekonomi.


Menurut Ian Harper, ekonom dan anggota dewan pengatur kebijakan bank sentral, daya konsumsi masih rentan, oleh sebab itu pihak Reserve Bank of Australia akan menahan suku bunga untuk sementara waktu.


RBA sendiri memang dijadwlkan akan mengadakan pertemuan kebijakan, dimana salah satu agenda yang ditunggu pasar adalah kebijakan suku bunga. Suku bunga resmi Australia diperkirakan akan tetap di pertahankan pada angka 1.5%. Sedangkan inflasi pada kuartal ketiga menunjukkan tekanan harga tetap diredam, dan jauh di bawah tingkat yang konsisten dengan kenaikan suku bunga.


RBA mengharapkan hanya perubahan bertahap dalam inflasi dari waktu ke waktu, dengan pengetatan pasar tenaga kerja yang perlahan-lahan ditetapkan untuk memberikan pertumbuhan upah yang lebih kuat pada waktunya.


Menurut Reiza Arief, selaku Senior Property Consultant dari Crown Group Indonesia, harga properti baru tidak akan banyak mengalami penurunan, tapi bisa lihat saat ini ada trend pemberian insentif bagi pembeli properti dari beberapa developer dan juga dari pemerintah terutama untuk para pembeli hunian pertama. Hal ini justru bagus untuk calon pembeli, karena biasanya developer tidak pernah memberikan insentif atau diskon. Di kondisi pasar seperti ini calon pembeli memiliki kesempatan untuk mendapatkan harga terbaik.


Dimana kenaikan biaya pinjaman pasar uang baru-baru ini telah membuat bank menaikkan suku bunga hipotek, meskipun Reserve Bank of Australia mempertahankan suku bunga resmi pada rekor rendah 1.5% selama lebih dari dua tahun.


Dalam hal ini, Reiza menilai bahwa rencana RBA untuk menaikkan bunga pinjaman saat ini baru merupakan proposal, dan apabila jadi dilaksanakan, baru akan di tetapkan mulai tahun depan. Bunga Bank saat ini masih sama seperti tahun lalu, yaitu di kisaran 5,03%.


Lebih jauh dikatakan olehnya bahwa terkait rencana kenaikan bunga pinjaman home loan ini, kita juga harus membahas rencana untuk membuka kembali keran home loan bagi pemilik asing yang tentunya akan membawa dampak positif untuk kenaikan penjualan property di tahun depan. Jadi kenaikan suku bunga hipotek kemungkinan akan berbanding lurus dengan kenaikan permintaan properti dan kenaikan harga. Efek ini akan menjaga tingkat inflasi Australia. (Lukman Hqeem)