Dolar diperdagangkan mendekati level tertingginya dalam 10 bulan terhadap mata uang utama lainnya pada perdagangan di hari Rabu (27/09/2023) karena imbal hasil Treasury AS tetap tinggi di tengah prospek suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, sementara yen terseok-seok menuju zona intervensi yang kini diawasi pasar secara ketat. Indeks dolar AS (DXY) terakhir berada di 106,20, setelah mencapai puncaknya pada level tertinggi 10-bulan di 106,26 pada sesi sebelumnya.
Poundsterling dalam perdagangan GBP/USD merosot ke level terendah baru dalam enam bulan di $1,2145 pada awal perdagangan Asia, berada di bawah tekanan terhadap penguatan greenback. Tampaknya akan terjadi penurunan triwulanan lebih dari 4%, yang terburuk dalam setahun. Sementara euro dalam perdagangan EUR/USD merana di dekat level terendah enam bulan pada hari Selasa dan terakhir dibeli $1,0569.
Dolar AS lebih melekat pada sisi positifnya dibandingkan sisi negatifnya. Ini merupakan kejutan bagi pasar sejak minggu lalu karena retorika Federal Reserve lebih hawkish dari perkiraan, dimana mengisyaratkan kemungkinan besar mereka akan menaikkan suku bunga sekali lagi. Sebagaimana diketahui bahwa pejabat Fed dalam beberapa hari terakhir telah menandai kemungkinan bahwa bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut, setelah mempertahankan suku bunga stabil pada minggu lalu namun memperketat sikap kebijakan moneternya yang hawkish.
Hal ini menyebabkan imbal hasil (yield) Treasury AS mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun karena pasar uang menyesuaikan ekspektasi mereka mengenai kapan suku bunga AS akan mencapai puncaknya, dan kondisi moneter yang akan tetap ketat lebih lama dari yang diperkirakan sebelumnya. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun (US10Y) terakhir di 4,5254%, setelah mencapai level tertinggi 16 tahun di 4,5660% di sesi sebelumnya. Imbal hasil dua tahun (US2YT) mencapai 5,0582%.
Meningkatnya imbal hasil AS menimbulkan masalah bagi yen dalam perdagangan USD/JPY yang sedikit lebih tinggi menjadi 149,01 per dolar, setelah merosot ke level terendah 11 bulan di 149,185 pada hari Selasa.
Pasangan USD/JPY cenderung sangat sensitif terhadap perubahan imbal hasil Treasury AS jangka panjang, terutama dalam jangka waktu 10 tahun. Tekanan kenaikan fundamental terhadap USD/JPY dari imbal hasil obligasi terlalu besar untuk diabaikan. Bahkan jika ada intervensi, hal itu tidak akan membuat USD/JPY turun secara permanen kecuali imbal hasil obligasi juga mulai turun dengan sungguh-sungguh.
Penurunan yen yang perlahan namun stabil ke level psikologis 150 per dolar telah membuat para pedagang tetap waspada terhadap tanda-tanda intervensi dari otoritas Jepang, seiring para pejabat meningkatkan retorika mereka terhadap penurunan mata uang. Zona 150 dipandang oleh pasar keuangan sebagai garis merah yang akan mendorong pemerintah Jepang untuk melakukan intervensi, seperti yang mereka lakukan tahun lalu.
Di tempat lain, Aussie dalam perdagangan AUD/USD turun 0,04% menjadi $0,6395, menjelang data inflasi Australia yang akan dirilis pada hari Rabu. Dolar Selandia Baru dalam perdagangan NZD/USD naik 0,06% menjadi $0,5948.