Sentimen konsumen Amerika Serikat (AS) telah merosot ke level terendah enam bulan ini pada Mei di tengah kekhawatiran bahwa tawar-menawar politik atas kenaikan batas pinjaman pemerintah federal dapat memicu resesi.
Dalam kajian yang dilakukan oleh University of Michigan, sebagaimana diungkapkan pada hari Jumat (12/05/2023) menunjukkan adanya ekspektasi inflasi jangka panjang konsumen melonjak bulan ini ke pembacaan tertinggi sejak 2011. Hasil yang demikian ini tentu menjadi berita buruk bagi Federal Reserve setelah pada minggu lalu mereka mengisyaratkan dapat menghentikan siklus pengetatan kebijakan moneter tercepat bank sentral AS sejak 1980-an.
Laporan kajian ini memiliki sedikit perasaan stagflasi. Ada kenaikan ekspektasi inflasi yang kemungkinan akan menambah semangat diskusi tentang apakah Fed akan menahan atau menaikkan suku bunga lagi pada pertemuan 14 Juni, yang akan datang. Sebelumnya,
Pembacaan awal survei pada keseluruhan indeks sentimen konsumen berada di 57,7 bulan ini, pembacaan terendah sejak November lalu dan turun dari 63,5 di bulan April. Sejumlah ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan pembacaan awal 63,0. Indeks kondisi ekonomi survei saat ini turun menjadi 64,5 dari 68,2 pada bulan April. Angka ekspektasi konsumen turun menjadi 53,4 dari 60,5 di bulan sebelumnya.
Direktur Survei Konsumen Joanne Hsu sebagian menghubungkan penurunan sentimen dengan bencana di Washington dan memperingatkan bahwa “jika pembuat kebijakan gagal menyelesaikan krisis plafon utang, pandangan suram atas ekonomi ini akan memperburuk konsekuensi ekonomi yang mengerikan dari default.”
Sementara itu, Kantor Anggaran Kongres non-partisan memperingatkan pada hari Jumat bahwa negara tersebut menghadapi “risiko signifikan” gagal bayar kewajiban pembayaran dalam dua minggu pertama bulan Juni tanpa kenaikan pagu utang.
Bursa saham AS di Wall Street merespon data ini dengan diperdagangkan lebih rendah. Dolar naik terhadap sekeranjang mata uang. Harga Treasury AS turun.