ESANDAR – Mengawali perdagangan minggu ini, pada hari Senin (12/04/2021) harga emas berakhir turun di bursa perdagangan berjangka AS. Harga jatuh akibat kenaikan imbal hasil obligasi AS, yield – yang membebani daya tarik emas batangan. Para investor sendiri tengah menunggu data inflasi utama dan data penjualan ritel yang akan mengukur kesehatan ekonomi AS.
Pada perdagangan di pasar spot, harga emas turun 0,6% menjadi $ 1,732,14 per troy ons, sementara diperdagangan berjangka AS berakhir dengan turun 0,7% ke $ 1.732,70.
Sentimen negative pasar bersumber dari kenaikan imbal hasil Obligasi AS. Ini menjadi dasar negatif untuk pasar logam yang tidak menghasilkan dividen atau hasil. Bulls mengalami kekalahan tipis dimana dalam jangka pendek, momentum penurunan masih terlihat.
Penguatan imbal hasil Treasury AS mengemuka setelah lelang Obligasi dengan tenor 3 tahun yang baik, dan menjelang rilis data utama minggu ini, termasuk inflasi harga konsumen pada hari selasa.
Data penjualan ritel akan diumumkan pada hari Kamis. Hasil yang lebih tinggi mengancam daya tarik emas sebagai lindung nilai inflasi karena mereka meningkatkan biaya peluang memegang emas batangan, yang mana tidak membayar bunga.
Gubernur Federal Reserve Jerome Powell, dalam komentar yang disiarkan pada hari Minggu, bahwa perekonomian AS kini berada pada “titik perubahan,” dan mengharapkan akan lebih banyak pertumbuhan dan perekrutan dalam beberapa bulan mendatang. Dia juga adanya risiko dari lonjakan kasus COVID-19 jika pembukaan kembali dilakukan secara tergesa-gesa.
Dalam kerangka kerja Fed saat ini, mereka akan mengembangkan tunjangan inflasi berjalan di atas target 2% bank sentral untuk sementara waktu tanpa campur tangan FED dalam pengendaliannya.
Meski demikian, emas berpeluang mendapat keuntungan jika inflasi naik jauh lebih tinggi dari target. Jika kita mendapatkannya, sebagaimana mulai terlihat dalam laju percepatan inflasi AS dan orang-orang mulai berpikir suku bunga akan naik lagi, lalu perjuangan emas mungkin tertahan sedikit.