Bursa saham AS tergagap kemudian anjlok dan imbal hasil Treasury memperpanjang penurunannya pada hari Jumat (10/03/2023) setelah laporan ketenagakerjaan Februari yang ditunggu-tunggu dengan cemas, dan di tengah meningkatnya kekhawatiran atas penularan di sektor keuangan yang mendorong pelarian ke tempat aman. Ketiga indeks saham utama AS turun tajam dan berada di jalur penurunan persentase mingguan terbesar mereka tahun ini. Indek Dow Jones turun 324,48 poin, atau 1,01%, ke 31.930,38, S&P 500 turun 56,67 poin, atau 1,45%, menjadi 3.861,65 dan Nasdaq turun 210,50 poin atau 1,86% menjadi 11.127,86.
Gelombang kejut terus bergema melalui saham keuangan global setelah regulator menutup SVB Financial Group (SIVB) setelah bank gagal meningkatkan modal. Investor was-was bahwa Fed mungkin mendorong terlalu jauh ke satu arah. Saat kurva imbal hasil yang terbalik, umumnya menjadi sinyal sebagai lingkungan yang tidak baik bagi sektor perbankan.
Data ekonomi terkini menunjukkan bahwa perekonomian AS mampu menambahkan lebih banyak perkerjaan dari perkiraan, yakni sebanyak 311.000 pekerjaan di bulan lalu. Sayangnya tingkat pengangguran secara tak terduga naik lebih tinggi, bersama dengan tingkat partisipasi pasar tenaga kerja. Pertumbuhan upah per jam juga mendingin setiap bulan, tetapi meningkat dari tahun ke tahun, meskipun tidak sebanyak yang diperkirakan para ekonom.
Sinyal yang beragam dari sejumlah laporan ekonomi ini memberikan pesan setidaknya agar Fed tidak terlalu agresif jika Anda melihat pertumbuhan upah. Tetapi dengan payroll yang masuk lebih dari 300.000, Anda dapat membuat kasus bahwa Fed perlu menaikkan (suku bunga) lebih banyak karena ekonomi masih berjalan sangat panas.
Data ditutup seminggu di mana pasar disibukkan dengan kesaksian dua hari Ketua Fed Jerome Powell yang hawkish di depan Kongres, yang mengarahkan jarum ke arah kemungkinan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan utamanya sebesar 50 basis poin bulan ini. Harapan itu mendingin setelah laporan pekerjaan.
Sekilas, pasar keuangan sekarang memperkirakan peluang 42,5% dari kenaikan suku bunga 50 basis poin dan peluang 57,5% untuk kenaikan yang lebih kecil, 25 basis poin ke tingkat target dana fed pada akhir Maret 21- 22 rapat kebijakan moneter.
Selanjutnya pasar akan menitik beratkan perhatiannya pada data harga konsumen yang akan dirilis pada hari Selasa, yang akan menyempurnakan gambaran laju inflasi AS di bulan Februari.
Imbal hasil Obligasi AS turun untuk hari kedua berturut-turut karena investor yang menghindari risiko mencari tempat berlindung yang aman di tengah merebaknya masalah di sektor keuangan.
Ada krisis kepercayaan yang berkembang yang memicu pelarian ke tempat aman, risk aversion. Investor takut akan penularan krisis perbankan ini dan telah mendorong aksi berbondong-bondong ke tempat yang aman di Treasuries, menaikkan harga tetapi mengurangi imbal hasil. Harga Obligasi AS tenor 10 tahun naik 58/32 dengan yield turun ke 3,7006%, dari 3,923%. Harga Obligasi 30 tahun terakhir naik 98/32 untuk menghasilkan 3,696%, dari 3,87%.
Greenback melemah terhadap sekeranjang mata uang dunia setelah laporan gaji mengisyaratkan pendinginan inflasi dan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat dari Fed. Indeks dolar (DXY) turun 0,66%, dimana euro EUR/USD naik 0,56% menjadi $1,0639. Yen Jepang menguat 1,01% versus greenback di 134,80 per dolar, sementara Poundsterling dalam perdagangan GBP/USD terakhir diperdagangkan di $1,2024, naik 0,83% hari ini.
Harga minyak melonjak setelah data pekerjaan, tetapi tetap berada di jalur untuk mencatat penurunan 3% pada minggu ini karena kegelisahan kenaikan suku bunga. Minyak mentah AS naik 1,27% menjadi menetap di $76,68 per barel dan Brent menetap di $82,78 per barel, naik 1,46% pada hari itu.
Harga emas menguat karena logam safe-haven diuntungkan dari kekhawatiran atas potensi penularan krisis di sektor perbankan. Di pasar Spot, harga emas naik 1,7% menjadi $1.862,27 per ons.