Dolar AS lanjutkan koreksi dari perdagangan sebelumnya.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS melemah terhadap rival utamanya hari Senin, memperpanjang rentang kelemahan berlarut-larut untuk unit moneter sejauh ini di 2018.

Aksi perdagangan tipis karena pasar utama ditutup di Eropa dan di tempat lain dalam perayaan Paskah Senin, setelah sebagian besar Wall Street, dengan pengecualian pasar mata uang, ditutup pada akhir pekan lalu menjelang liburan Paskah dan Paskah. Indeks Dolar AS, yang mengukur kinerja uangnya terhadap setengah lusin pesaing, mencatat kembali beberapa penurunan sebelumnya tetapi tetap berada di titik merah, tergelincir 0,1% menjadi 90,036. Indeks dolar turun sekitar 0,5% pada bulan Maret dan kehilangan 2,1% dalam tiga bulan pertama tahun ini.

Pada perdagangan EURUSD, Euro berada di $ 1,2301, tergelincir sedikit dari $ 1,2324 pada akhir Jumat di New York. Pada kuartal pertama tahun ini, euro menguat 2,8% terhadap dolar, dan naik sekitar 1,2% bulan lalu. Sementara Poundsterling Inggris, diperdagangkan pada $ 1,4046, naik dari $ 1,4017 pada akhir Jumat di New York. Sterling menguat lebih dari 2% terhadap dolar pada bulan Maret dan membukukan kenaikan 4% terhadap mata uang selama kuartal karena keluarnya resmi Inggris dari Uni Eropa kurang dari satu tahun lagi. Greenback juga turun terhadap yen Jepang, USDJPY, dibeli ¥ 105,92, dibandingkan dengan ¥ 106,24 pada akhir Jumat. Dolar melemah sekitar 5,8% terhadap yen pada kuartal pertama tetapi naik 0,4% pada bulan Maret.

Sejumlah faktor membuat Dolar AS terus memperpanjang pelemahannya. Pergerakan dolar AS sebagian besar dikaitkan dengan kekhawatiran tentang ancaman perang dagang global. Terlebih setelah Cina memberlakukan tarif pada berbagai barang pertanian AS. Sikap balasan Cina ini mengintensifkan kebijakan perdagangan proteksionis antara dua kekuatan ekonomi. Perang dagang tak terelakkan dan menimbulkan kekhawatiran tentang konflik berkepanjangan akhirnya memukul nilai uang lebih banyak daripada aset lain, termasuk saham dan obligasi pemerintah AS.

 

Para Investor mata uang mengantisipasi sejumlah laporan ekonomi sepanjang pekan ini. Indikator yang ditunggu utamanya adalah data nonfarm-payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat. Data ini sangat penting, yang dapat menginformasikan kebijakan oleh Federal Reserve. Bank diperkirakan akan menaikkan suku bunga tiga kali pada 2018. Di Eropa, investor akan mencari data inflasi zona euro sehubungan dengan jalur Bank Sentral Eropa menuju normalisasi kebijakan. (Lukman Hqeem)