ESANDAR, Jakarta – Dolar Amerika Serikat masih lemah dalam perdagangan hari Rabu (08/08). Ketegangan Perang Dagang dan masalah Brexit menggiring Greenbacks dalam kisaran sempit.
Greenback mengalami tekanan dari beberapa mata uang utama dunia lainnya. Pada perdagangan hari Selasa, EURUSD ditutup menguat di level 1,1597, GBPUSD ditutup melemah di level 1,2939, AUDUSD ditutup menguat di level 0,7418 dan USDJPY ditutup melemah di level 111,37.
Indek Dolar AS kurang membaik dengan hasil nonfam payroll yang masih dibawah perkiraan pasar. Sementara data aktivitas jasa AS serta data pembukaan lapangan kerja baru juga menurun, semakin membuat indek dolar melemah.
Disisi lain, jalan keluar yang ditempuh dalam penyelesaian lepasnya Inggris dari Uni Eropa diperkirakan akan “keras”. Tanpa ada kesepakatan dan perjanjian baru, Inggris secara resmi akan keluar pada Maret 2019. Baik London dan Brussel belum menemukan titik temu dalam kesepakatan-kesepakatan baru terkait sejumlah isu paska pelepasan ini. Hard Brexit, menjadi isu yang diperhatikan oleh Gubernur Bank Sentral Mark Carney dimana ia khawatir terhadap potensi Hard Brexit. Jalan ini dianggap dapat menahan usaha bank sentral Inggris dalam menormalisasi kebijakan moneternya.
Investor mempertimbangkan perkembangan ini dengan menghindari Poundsterling untuk dikoleksi lebih besar. Berbeda dengan Euro yang justru berhasil membaik setelah ada kesepakatan energi menghindari Uni Eropa dari kekurangan pasokan akibat embargo minyak Iran. Kedepannya, potensi penguatan akan lebih terbuka bagi mata uang tunggal ini.
Indek dolar menguat bahkan mencetak posisi terbaik dalam 14 pekan terakhir. Pandangan the Fed telah berubah, di mana bank sentral AS lebih percaya diri dalam melihat masa depan perekonomian AS sehingga ada isyarat kenaikan suku bunga lebih lanjut di September dan Desember nanti. Pekan lalu, hasil Fed meeting memang tidak merubah kebijkan suku bunganya, namun dukungan kenaikan suku bunga selanjutnya memang cukup berhasil menggiring opini penguatan greenback.
Sementara bank sentral Cina pun sedikit melonggarkan aturan rasio cadangan keuangannya untuk antisipasi perang tarif yang makin memanas setelah Presiden Trump menekan Cina dengan tarif baru. Langkah injeksi pasar yang dilakukan PBOC tersebut sempat membuat dolar Australia mengalami penguatannya dan membuat dolar AS sedikit melemah sejenak.
Pasar sedang memantau perkembangan pertumbuhan ekonomi AS di kuartal ini di mana kuartal ini merupakan awal dari perang tarif di mana investor ingin tahu apakah perang tarif berdampak kepada rendahnya pertumbuhan atau tidak. Jika menurun maka dapat dipastikan bahwa kenaikan suku bunga the Fed akan ditunda. (Lukman Hqeem)