Dolar AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Sejumlah mata uang asing melawan Dolar AS terus mengalami depresiasi. Greenbacks, pada perdagangan awal minggu ini terus mendapat sokongan dari sejumlah indikator ekonomi dan sentiment fundamental.

Dolar AS yang sudah kuat mendapat dorongan tambahan dari indikator ekonomi data PMI manufaktur ISM AS. Bahkan, indeks dolar AS bergerak mendekati level psikologis 95,00 dan terus mengerahkan tekanan ke bawah pada beberapa mata uang utama.

Disisi lain, Dolar AS menjadi aset surgawi karena politik di zona euro dalam kekacauan atau ketidakpastian, namun akan stabil dalam jangka pendek. Mengingat jadwal pasar akan masuk liburan AS dan sebelum risalah FOMC dan juga data nonfarm payrolls pada akhir minggu ini.

Pada perdagangan EURUSD, Euro  terbebani oleh krisis baru politik di Jerman. Para pelaku pasar merasa skeptis dengan koalisi Angela Merkel bisa bertahan di tengah meningkatnya perselisihan kebijakan migran dengan sekutu konservatifnya.

Pun juga dengan Poundsterling, yang harus bergerak dalam fluktuasi dalam perdagangan GBPUSD karena rilis data PMI manufaktur Inggris, berada di angka 54,4 untuk bulan Juni. Hasil ini melebihi konsensus pasar namun gagal memberikan dukungan berkelanjutan bagi penguatan Poundsterling.

Perdagangan GBPUSD pulih dari posisi terendah ditahun ini, pada level 1,3049. PDB Inggris pada kwartal pertama direvisi lebih tinggi dimana sektor aktivitas konstruksi yang masih lemah masih menjadi perhatian pasar. PDB naik dari 0,1% menjadi 0,2%. Revisi ke atas ini telah meningkatkan kemungkinan Bank of England dalam menaikkan suku bunga dibulan Agustus. Jika terjadi, Poundsterling berpeluang menguat.

Sementara itu, masalah utama dalam Brexit, dimana KTT Uni Eropa berakhir tanpa kemajuan. Sehingga membuat Ketua Dewan Eropa Tusk mengeluarkan pernyataan “terakhir” ke Inggris. Sejumlah masalah masih sulit dipecahkan. PM Inggris May juga masih tidak bisa setuju dengan kabinetnya tentang bagaimana hubungan masa depan Inggris dengan Uni Eropa.

Pasangan mata uang AUDUSD mencetak level terendah 0,7309, oleh sentimen sikap investor yang menghindari resiko pasar, risk aversion. Harga logam telah mengacaukan harga Aussie (AUD/USD) dan bijih besi masih bergerak turun lebih jauh. Pelaku Pasar akan berfokus pada kebijakan suku bunga RBA.

Tanda-tanda ekonomi Cina yang melambat dan risiko dari tarif akan mengekang permintaan untuk bahan baja bijih besi, menekan harga hingga 13 % pada paruh kedua tahun 2018. Dampaknya tercermin dari Indeks Nikkei Jepang yang ditutup turun 2,21%, dipicu oleh jatuhnya harga tembaga ke posisi terendah dalam tiga bulan ini. Disaat yang sama, bursa saham AS belum beranjak dari level rendahnya.

Begitu juga pasangan mata uang USDJPY kembali naik untuk hari kelima berturut-turut tetapi masih tetap tidak dapat memperpanjang pergerakan di atas 111,00. Greenback, naik ke 111,05 tetapi kemudian terkoreksi di 110,65. Bias bearish masih kuat dimana kekuatan rally memudar.

Data tankan Q2 BOJ menunjukkan sentimen bisnis yang lemah di antara produsen, meskipun sentimen di kalangan non-manufaktur naik sedikit. Surat kabar Nikkei melaporkan bahwa BOJ akan menurunkan perkiraan inflasi FY2019. Akan ada pergeseran ekspektasi pasar, yang kemungkinan akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan, yang akan berdampak melemahkan yen Jepang. (Lukman Hqeem)