Dolar

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS beranjak lebih tinggi pada hari Jumat (29/3) karena data ekonomi yang sebagian besar suram tidak banyak menambahkan narasi perlambatan pertumbuhan ekonomi. Penurunan pound sterling pun mendukung greenback karena kesepakatan Brexit Perdana Menteri Theresa May menderita kekalahan untuk ketiga kalinya di parlemen secara berturut-turut. Indeks dolar AS, berakhir naik 0,015% menjadi 96,82.

Indikator ekonomi AS terkini menunjukkan terjadinya kenaikan penjualan rumah baru, namun inflasi melemah dan pengeluaran konsumen juga turun. Hal ini sedikit menambah ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan segera menurunkan suku bunga, yang kemungkinan akan memberikan tekanan pada greenback.

Sebagaimana diketahui bahwa ukuran inflasi yang disukai The Federal Reseve yaitu indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), tidak termasuk makanan dan energi, melambat menjadi 1,8% dalam 12 bulan sampai Januari, di bawah perkiraan ekonom sebesar 1,9%. Sementara pengeluaran konsumen, yang menyumbang lebih dari dua pertiga kegiatan ekonomi AS, melambat menjadi 0,1% pada Januari, kata Departemen Perdagangan AS. Departemen tersebut juga mengatakan penjualan rumah baru naik 4,9% ke tingkat tahunan yang disesuaikan secara musiman 667.000 unit bulan lalu, di atas perkiraan para ekonom.

Penurunan hipotek baru-baru ini telah umpan bagi peningkatan selera konsumen untuk melakukan pembelian. Rata-rata hipotek dengan suku bunga tetap 30 tahun turun 22 basis poin dari 4,28% menjadi 4,06%, menghasilkan penurunan satu minggu terbesar dalam tingkat sejak 2008, menurut Survei Mortgage Primer terbaru Freddie Mac yang dirilis pada Kamis (28/3).

Dengan sejumlah data ekonomi yang suram ini, dolar mengalami tekanan. Jatuhnya dolar AS saat itu dibatasi oleh penurunan Poundsterling disisi lainnya. Pada perdagangan GBPUSD berakhir turun 0,12% menjadi $1,3023 pada akhir sesi Jumat dan EURUSD ditutup negatif 0,06% menjadi $1,1218.

Jatuhnya Poundsterling sebagai buntut krisis Brexit di Parlemen Inggris. Perjanjian Penarikan (Withdrawal Agreement), bagian dari kesepakatan Brexit kembali ditolak oleh anggota Parlemen Inggris, yang memilih 344 banding 286 suara untuk menolak perjanjian tersebut. Menurut PM May, hasil pemungutan suara ini akan memiliki implikasi “serius”, seraya menambahkan bahwa “legal default” adalah Inggris harus meninggalkan Uni Eropa pada 12 April. Fakta terbaru itu menimbulkan kekhawatiran pasar bahwa Brexit tanpa kesepakatan (No-deal Brexit) bisa berada di cakrawala.

Tetapi anggota parlemen akan berkumpul lagi pada hari Senin (01/04) untuk memilih serangkaian opsi guna menemukan jalan keluar dari kerumitan politik saat ini. Skenario Brexit yang mungkin dibahas termasuk referendum baru, pencabutan Pasal 50, No-deal Brexit, dan pemilihan umum.

Sedangkan USDJPY berakhir naik 0,15% menjadi ¥110,90 karena Wall Street menguat di tengah meningkatnya sentimen risiko dengan indeks S&P mendekati perolehan positif kuartalan terbesar sejak kuartal ketiga 2009.(Lukman Hqeem)