Perang Dagang - Dari Perang Dagang menjadi Perang Mata Uang - Dolar AS vs Yuan

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dalam Perang dagang di beberapa minggu terakhir, pemerintahan Donald Trump telah meluncurkan serangkaian langkah-langkah perdagangan dan investasi yang menempatkan Cina tepat di garis bidiknya.

Secara eksplisit, Presiden Donald Trump memandang Cina sebagai kepala “musuh ekonomi” Amerika Serikat. Pertanyaannya sekarang adalah apakah mereka akan menindaklanjuti perang dagang ini dengan serangan terhadap yuan, mata uang China yang semakin populer.

Sejauh ini, AS telah memberlakukan tarif impor sebesar 25% untuk baja dan 10% pada aluminium, yang secara pribadi Trump mengumumkan awal bulan lalu. Sejak itu, pemerintah telah mengukir pengecualian untuk sekutu AS tertentu, sementara menggunakan tarif sebagai alat tawar-menawar untuk mengambil konsesi dari pihak lain.

Cina, untuk bagiannya, bukan pemasok utama baja atau aluminium ke Amerika Serikat. Tapi kelebihan kapasitas Cina telah meletakkan tekanan pada harga baja dan aluminium secara global, sehingga merugikan produsen AS. Jadi, tujuan administrasi Trump adalah untuk memaksa Cina mengurangi outputnya sendiri secara tajam.

Bahkan lebih dramatis lagi, pemerintahan Trump akhirnya mengumumkan tarif impor pada berbagai barang-barang Cina, senilai hingga $ 50 miliar. Ini juga memperketat pembatasan pada akuisisi dan investasi perusahaan oleh perusahaan asing. Sekaligus mengisyaratkan niatnya untuk menantang transfer teknologi yang dipaksakan oleh Tiongkok dalam sidang Organisasi Perdagangan Dunia.

Cina tidak tinggal diam. Beijing membalas dengan memberlakukan tariff penyesuaian atas 106 komoditas ekspor AS ke Cina senilai lebih $50 miliar. Mulai dari produk pertanian hingga pesawat terbang.

Selain itu, pemerintah sedang bergerak untuk melarang perusahaan Cina berinvestasi di sektor AS yang sensitif seperti semikonduktor dan teknologi komunikasi nirkabel 5G. Trump telah memblokir tawaran senilai $ 117 milyar oleh Broadcom – sebuah perusahaan yang berbasis di Singapura dengan hubungan dekat ke Cina – untuk memperoleh raksasa teknologi AS Qualcomm.

Demikian pula, komisioner Komisi Komunikasi Federal yang ditunjuk Trump, Ajit Pai, setuju untuk memperlakukan Huawei, pembuat peralatan telekomunikasi top Cina, sebagai risiko keamanan nasional. Dengan aturan baru ini, perusahaan dengan klasifikasi tersebut tidak akan lagi dapat menyediakan peralatan untuk perusahaan yang membangun infrastruktur internet di AS. BERSAMBUNG…(Lukman Hqeem)