Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Bursa saham Asia dalam perdagangan di hari Kamis (26/01/2023) diperkirakan akan tetap berhati-hati karena pertumbuhan global telah mengalami revisi ke bawah. Pasar global kemungkinan akan tetap gelisah menjelang rilis GDP AS. Sementara dalam perdagangan komoditi, harga minyak turun di bawah $80,50 karena kekhawatiran resesi AS masih kuat.

Bursa saham Asia menunjukkan tanda-tanda kehati-hatian di tengah rilis pendapatan perusahaan di seluruh dunia dan menjelang data Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat. Indeks Dolar AS (DXY) berada di sekitar level terendah tujuh bulan di 101,10, namun, bias sisi bawah sangat solid. S&P500 futures menunjukkan kenaikan moderat yang tercatat di awal Asia setelah menyelesaikan sesi perdagangan hari Rabu dengan catatan datar. Profil risikonya positif, namun kecemasan di kalangan investor akan tetap tinggi menjelang PDB AS dan data ekonomi lainnya.

Pada saat penulisan, Indek Nikkei 225 Jepang melemah 0,20%, KOSPI naik 0,70%, Hang Seng melonjak 1,75%, pasar China tutup karena Tahun Baru Imlek.

Jajak pendapat yang dilakukan oleh Reuters tentang pertumbuhan global menunjukkan bahwa ekonomi global akan tumbuh sebesar 2,1% pada tahun 2023; 2,8% pada 2024 vs. 2,3% dan 3,0%, masing-masing, dalam jajak pendapat Oktober.

Reuters menyatakan bahwa “Turunnya harga energi, perlambatan inflasi di sebagian besar ekonomi dari level tertinggi multi-dekade, ketahanan ekonomi zona euro yang tak terduga dan pembukaan kembali ekonomi China telah membuat para pedagang berspekulasi bahwa penurunan akan lebih ringan.”

Bursa saham Jepang menghadapi kehati-hatian meskipun Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda mendukung kelanjutan kebijakan moneter ekspansif. BoJ Kuroda telah mengonfirmasi bahwa bank sentral “akan dengan tegas menjaga lingkungan moneter tetap mudah.” Dia menambahkan bahwa “BoJ bertujuan untuk mendapatkan kembali fungsionalitas pasar dengan mengutak-atik operasi kontrol kurva imbal hasil sambil mempertahankan lingkungan moneter yang mudah.

Sementara dalam perdagangan komoditi, harga minyak telah menyerahkan dukungan $80,50 karena resesi AS masih dalam gambaran meskipun taruhan meningkat untuk kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh Federal Reserve (Fed). The Fed tidak dapat mencapai stabilitas harga tanpa masuk ke dalam resesi karena permintaan ritel harus diperas dan produsen harus menurunkan harga output untuk menjaga keharmonisan.