ESANDAR, Jakarta – Pergerakan bursa saham Asia Pasifik mengikuti tolok ukurnya, bursa saham AS. Pada perdegarakan hari Selasa (30/01/2018) terlihat akan lebih rendah, seiring dengan potensi kenaikan suku bunga AS.
Beberapa analis menjadi lebih berhati-hati terhadap ekuitas. Pembeli saham utilitas biasanya terpikat oleh janji dividen dan sahamnya bereaksi negatif terhadap suku bunga yang lebih tinggi. Sementara itu, meski menguat secara moderat untuk dolar A.S. semalam, indek bursa saham Nikkei turun 0,4% di Jepang. Pasangan USDJPY baru-baru ini sekitar ¥ 108,95, versus 108,77 yen saat perdagangan saham Tokyo berakhir pada hari Senin. Indek bursa saham saham KOSPI Korea Selatan, setelah mencapai rekor tertinggi dalam tiga rekor tertinggi, turun 0,4%. juga bergerak lebih rendah.
Terbangnya bursa-bursa saham dinilai Capital Economics tidak akan bertahan lama. “Kami memperkirakan bahwa ekonomi Cina akan melambat dalam beberapa bulan mendatang,”. Sementara pertumbuhan ekonomi di negara-negara sedang berkembang yang lebih kecil seperti Brazil diperkirakan juga akan mengendur.
Di tempat lain, Presiden Donald Trump akan menyampaikan pidato kenegaraan pertamanya di negara bagian sekitar 24 jam dan imbal hasil Treasury 10 tahun berada pada tingkat tertinggi dalam hampir empat tahun, hanya di atas 2,7%.
Data inflasi Amerika Serikat untuk bulan Desember turun di bawah targetnya dan menunjukkan sedikit kerugian. Meski demikian, hal ini tidak menyurutkan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed akan naik dalam waktu dekat ini. Dalam agenda pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC), diperkirakan mereka akan menaikkan suku bunga. Dalam pertemuan dua harinya dimulai Selasa lusa, kenaikan suku bunga berikutnya diperkirakan tidak sampai bulan Maret.
Sementara itu dalam perdagangan komoditi, harga minyak mentah bergerak turun 0.3% . (Lukman Hqeem)