ESANDAR – Dolar bertahan stabil pada awal perdagangan Asia di hari Kamis (19/06/2025), karena investor mempertimbangkan nada peringatan Ketua Federal Reserve Jerome Powell tentang inflasi, sementara ancaman konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan kemungkinan keterlibatan AS membuat sentimen melemah.
Sebagaimana diharapkan secara luas, Fed dalam pertemuan berkala terkini akhirnya memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya. Para eksekutif Fed bahkan mengisyaratkan untuk memangkas suku bunga hingga setengah persen poin tahun ini, meskipun tidak semuanya setuju tentang perlunya pemangkasan suku bunga.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi akan meningkat selama musim panas karena kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump mulai berlaku bagi konsumen. “Pada akhirnya, biaya tarif harus dibayar, dan sebagian akan dibebankan kepada konsumen akhir,” Powell mengatakan dalam konferensi pers pada hari Rabu. “Kami tahu itu karena itulah yang dikatakan para pelaku bisnis. Itulah yang dikatakan data dari masa lalu.”
Komentar Powell tersebut disambut kritikan oleh Trump, dimana ia menggarisbawahi tantangan yang dihadapi para pembuat kebijakan saat mereka menghadapi ketidakpastian dari tarif dan risiko geopolitik. Ini membuat pasar cemas tentang arah suku bunga AS. Namun demikian, para pedagang memperkirakan setidaknya akan ada dua penurunan suku bunga tahun ini meskipun para analis tidak yakin dengan titik awalnya.
Pasar mengantisipasi dua penurunan suku bunga sebesar 25 bp tahun ini, dengan kemungkinan besar pada September dan Desember, tetapi kini kami melihat bahwa pada FOMC di bulan September akan datang akan menjadi terlalu cepat bagi Fed untuk merasa nyaman memangkas suku bunga.
Fed, pada dasarnya telah mengakui bahwa ekonomi kontemporer berjalan cukup baik, dengan tetap adanya risiko. Oleh sebab itu mereka akan kembali melihat data makro yang akan dirilis dalam beberapa bulan mendatang.
Reaksi pasar mata uang tidak terlalu kuat, dimana dolar AS menguat sedikit setelah keputusan Fed tersebut sebelum kemudian stabil terhadap mata uang utama pada Kamis pagi di Asia. Indeks dollar (DXY), berada di 98,957 dan ditetapkan untuk kenaikan 0,8% dalam seminggu, kinerja mingguan terkuatnya sejak akhir Februari.
Euro terakhir berada di $1,14805, menuju penurunan 0,6% dalam seminggu, penurunan mingguan terbesar sejak awal Mei. Yen menguat tipis ke 144,86 per dolar dan franc Swiss terakhir mencapai 0,81895 per dolar. Sterling turun 0,18% ke $1,3398 dalam perdagangan awal menjelang keputusan kebijakan dari Bank of England, di mana bank sentral diperkirakan akan tetap bersikap.
Swiss National Bank dan Norges Bank juga diperkirakan akan menyampaikan keputusan kebijakan mereka di kemudian hari.
Fokus investor tetap pada perkembangan di Timur Tengah, di mana konflik Israel-Iran memasuki hari ketujuh pada hari Kamis. Kekhawatiran meningkat atas potensi keterlibatan AS, karena Trump membuat dunia bertanya-tanya apakah Amerika Serikat akan bergabung dengan pemboman Israel terhadap situs nuklir Iran. Konflik tersebut telah meningkatkan kekhawatiran akan ketidakstabilan regional yang lebih luas, diperparah oleh efek limpahan perang Gaza.
Hal itu menyebabkan dolar Australia yang sensitif terhadap risiko turun 0,3% pada $0,649, sementara dolar Selandia Baru melemah 0,32% menjadi $0,60105.
Pasar AS tutup pada hari Kamis untuk hari libur federal Juneteenth.