Indek dollar AS (DXY) pada perdagangan di hari Jumat (01/09/2023) berakhir dengan catatan naik 0,58%. Dolar berhasil pulih dari kerugian di awal perdagangan dan bergerak lebih tinggi, rebound.
Dorongan kenaikan Dolar AS didapatkan dari kenaikan imbal hasil Obligasi AS karena indeks manufaktur ISM AS pada bulan Agustus dilaporkan lebih kuat dari perkiraan. Selain itu juga, komentar Presiden Fed wilayah Cleveland Loretta Mester yang bernada hawkish, sehingga mendukung penguatan dollar AS. Ia mengatakan bahwa inflasi AS masih “terlalu tinggi” meskipun ada perbaikan baru-baru ini, dan pasar tenaga kerja masih kuat.
Dolar awalnya bergerak lebih rendah setelah laporan tingkat pengangguran AS pada bulan Agustus secara tak terduga naik ke level tertinggi dalam 1-1/2 tahun. Sebagaimana disebutkan bahwa angka Nonfarm payrolls AS bulan Agustus naik +187.000, lebih kuat dari ekspektasi +170.000. Namun, tingkat pengangguran di bulan Agustus secara tak terduga naik +0,3 ke level tertinggi dalam 1 1/2 tahun di 3,8%, menunjukkan pasar tenaga kerja lebih lemah dibandingkan ekspektasi tidak adanya perubahan sebesar 3,5%. Penghasilan rata-rata per jam bulan Agustus turun menjadi +4,3% y/y dari +4,4% y/y di bulan Juli, sesuai ekspektasi.
Indeks manufaktur ISM AS pada bulan Agustus naik +1,2 ke level tertinggi 6 bulan di 47,6, lebih kuat dari ekspektasi 47,0. Selain itu angka belanja konstruksi AS bulan Juli naik +0,7% bulan/bulan, lebih kuat dari ekspektasi +0,5% bulan/bulan.
Pasangan EUR/USD turun 0,62% pada akhir pekan. Penguatan dolar AS membebani euro. Selain itu, berita ekonomi Zona Euro pada hari Jumat juga melemahkan EUR/USD setelah PMI manufaktur S&P Zona Euro Agustus direvisi lebih rendah, dan harga produsen Italia pada bulan Juli mengalami penurunan terbesar dalam sejarah, sebuah faktor dovish dalam kebijakan ECB.
Anggota Dewan Pengurus ECB, Villeroy, mengatakan kita hampir atau sangat dekat dengan puncak suku bunga, dan mempertahankan suku bunga tetap tinggi dalam jangka waktu yang cukup lama akan lebih berpengaruh.
PMI manufaktur S&P Zona Euro Agustus direvisi lebih rendah sebesar -0,2 menjadi 43,5 dari laporan awal sebesar 43,7. Sementara PPI Italia bulan Juli turun menjadi -13,8% y/y dari -8,2% y/y di bulan Juni, laju penurunan tercepat sejak data dimulai pada tahun 2001.
Pasangan USD/JPY naik 0,43%. Yen mundur dari level tertingginya dalam 3 minggu terhadap dolar pada hari Jumat dan melemah setelah laporan manufaktur ISM bulan Agustus yang lebih kuat dari perkiraan mendorong imbal hasil T-note lebih tinggi. Yen juga berada di bawah tekanan dari laporan belanja modal dan aktivitas manufaktur Jepang yang lebih lemah dari perkiraan.
Laba perusahaan Jepang Q2 secara tak terduga naik +11,6% y/y, lebih kuat dari ekspektasi penurunan -0,1% y/y. Belanja modal Jepang pada kuartal kedua naik +4,5% y/y, lebih lemah dari ekspektasi +8,3% y/y. Belanja modal kuartal kedua selain perangkat lunak naik +4,4% y/y, lebih lemah dari ekspektasi +7,5% y/y. PMI manufaktur bank Jibun Jepang bulan Agustus direvisi lebih rendah sebesar -0,1 menjadi 49,6 dari laporan awal 49,7.
Poundsterling sendiri masih tetap rentan terhadap Dolar AS. Secara teknis, GBP/USD terlihat masih melayang di garis leher formasi grafik Head & Shoulder yang mengisyaratkan potensi bearish di sekitar 1,2648. Penembusan lebih rendah, dengan konfirmasi, dapat membuka kemungkinan bias teknis bearish yang semakin kuat.
Hal ini akan menempatkan fokus pada Moving Average (MA) 200-hari, yang dapat mengembalikan fokus kenaikan yang lebih luas. Jika tidak, harga mungkin akan kembali ke titik terendah bulan Mei di 1,2308. Jika tidak, pergerakan yang lebih tinggi menempatkan fokus pada resistensi utama di sekitar 1,2848. Kenaikan lebih lanjut di luar angka tersebut berada pada titik perubahan sebesar 1,3 yang ditetapkan pada Maret 2022.
Pound juga cukup netral terhadap Euro dimana pasangan EUR/GBP telah berkonsolidasi sejak bulan Juni antara zona support dan resistance utama. Resistance tampaknya berada di kisaran 0.8658 – 0.8701 dengan support di sekitar area 0.8493 – 0.8519. Pekan lalu, nilai tukar meninggalkan resistensi baru di sekitar 0,8610, kemudian berbalik melemah. Hal ini menempatkan fokus pada kisaran support, yang dapat menahan dan mengirim harga kembali lebih tinggi. Dalam hal ini, lebih banyak fokus akan ditempatkan pada MA 100, yang diadakan beberapa kali sepanjang bulan Juli dan Agustus. Hal ini dapat mengembalikan fokus sisi negatifnya.
Pasangan NZD/USD berada di 0,5947 pada awal perdagangan di hari Senin, menyusul akhir minggu lalu yang buruk setelah data upah non-pertanian AS yang beragam. Korelasi jangka pendek tetap tinggi karena perilaku ‘ikan karang’ mendominasi pasar valuta asing, dengan USD sebagai fokus karena pasar mempertimbangkan prospek pertumbuhan dan kebijakan Fed.
Prospek soft landing di AS adalah yang terdepan, dan data penggajian berperan dalam hal tersebut, memberikan gambaran pasar tenaga kerja yang melemah namun masih tangguh. Bagaimanapun juga, penurunan ekonomi AS dapat menjadi ancaman terbesar terhadap NZD. Faktor-faktor lokal tidak muncul, dan akan membutuhkan banyak hal untuk mengubah sentimen karena pertumbuhan Tiongkok melambat dan pasar khawatir terhadap prospek fiskal.
Ditengah penguatan kembali Dolar AS, harga emas sendiri mampu memanfaatkan tekanan dari data NFP di akhir pekan dan berakhir dengan catatan naik. Harga emas di bursa komoditi berjangka untuk kiriman Oktober ditutup naik 1,40 atau 0,07%. Emas mencatatkan level tertinggi dalam 3-1/2 minggu.
Dorongan kenaikan juga didapatkan dari berita manufaktur yang lebih kuat dari perkiraan di Tiongkok dan AS, yang merupakan tanda menguatnya permintaan logam industri. Namun, harga logam kembali turun dari level terbaiknya setelah indeks dolar menguat di penutupan perdagangan. Selain itu, imbal hasil T-note yang lebih tinggi pada hari Jumat juga membatasi kenaikan harga logam mulia.