Kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve dan diikuti oleh Bank of England dan Bank Nasional Swiss, telah memicu kepanikan pasar. Secara mengejutkan, Bank Nasional Swiss menaikkan suku bunga sebesar 50 bps, sementara BoE menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps. Bagi Inggris, ini merupakan kenaikan yang kelima berturut-turut.
Kenaikan suku bunga ini mengisyaratkan bahwa para pengambil kebijakan merasakan ketakutan atas situasi ekonomi, lebih dari apa yang mereka lihat. The Fed sendiri terlihat lebih agresif dibandingkan sejumlah bank sentral lainnya.
Sayangnya, Dolar AS tidak dapat mengambil keuntungan dari skenario panik. Justru greenbacks mengakhiri hari dengan penurunan terhadap sebagian besar rival utama. Bahkan bursa saham AS harus melanjutkan penurunan mereka.
Wall Street anjlok ke posisi terendah baru di tahun ini , dimana Indek Dow Jones dan S&P 500 diperdagangkan pada level yang terakhir terlihat pada Januari 2021. Indek FTSE 100 juga anjlok karena keputusan BOE gagal memenuhi ekspektasi pasar. Kekhawatiran resesi berada di balik keruntuhan saham.
Permintaan untuk obligasi pemerintah mengirim imbal hasil ke ujung bawah kisaran mingguan mereka, yang pada gilirannya merusak permintaan untuk greenback. Imbal hasil pada surat utang obligasi pemerintah 10-tahun saat ini berada di sekitar 3,30% setelah menggoda dengan 3,50% di awal hari. Pelemahan dolar AS kemungkinan hanya akan bersifat sementara, mengingat permintaan akan aset safe haven dapat berlanjut.
Pasangan EUR/USD diperdagangkan di sekitar 1,0570, sedangkan GBP/USD di sekitar 1,2350. Pasangan AUD/USD melonjak ke 0,7070, bertahan di dekatnya, sementara USD/CAD diperdagangkan di 1,2920. Mata uang save-haven dengan kuat naik terhadap dolar, dimana USD/CHF turun sekitar 300 pips, sekarang diperdagangkan di wilayah 0,9630. Menjelang keputusan kebijakan moneter Bank of Japan, USD/JPY bertarung di sekitar 132,00.