ESANDAR – Harga emas melonjak 1% di perdagangan awal sesi Asia pada hari Senin (28/12/2020) karena daya tarik logam sebagai lindung nilai inflasi menguat. Hal ini didorong oleh berita penandatanganan UU bantuan fiskal akibat Corona yang sudah lama ditunggu-tunggu oleh Presiden AS Donald Trump pada hari Minggu waktu setempat atau Senin pagi di Indonesia. Harga emas dipasar spot naik 1% menjadi $ 1,895.03 per ounce pada 08.45 WIB. Sementara harga emas berjangka AS naik 0,8% menjadi $ 1,899,10.
Presiden AS Donald Trump menandatangani undang-undang paket bantuan pandemi senilai $ 2,3 triliun, memulihkan tunjangan pengangguran ke jutaan orang Amerika dan menghindari penutupan operasional pemerintah federal (Shutdown) demikian menurut Reuters.
Kenaikan harga emas lebih lanjut pada hari Senin, adalah pelemahan dolar AS terhadap sekeranjang mata uang. Sepanjang tahun ini, harga emas telah naik lebih dari 24%, sebagian besar didorong oleh daya tariknya sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang setelah langkah-langkah stimulus yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diluncurkan secara global untuk mengurangi dampak pandemi.
Sementara itu, para pembuat kebijakan di Bank of Japan suaranya terbagi tentang seberapa jauh harus melangkah dalam mengubah program stimulus, dimana beberapa diantara mereka menyerukan dilakukannya perombakan strategis untuk mencapai target inflasi 2%. Ini menjadi ringkasan dari pandangan yang disuarakan pada review yang dilakukan pada bulan Desember.
Eropa sendiri telah meluncurkan kampanye vaksinasi COVID-19 massal di hari Minggu dimana para pensiunan dan petugas medis mengantre untuk mendapatkan yang pertama tembakan untuk menghilangkan pandemi yang telah melumpuhkan ekonomi dan merenggut lebih dari 1,7 juta jiwa di seluruh dunia.
Inggris pada hari Senin telah mendesak bisnis untuk mempersiapkan Brexit, setelah negara itu mencapai kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa pada hari Kamis yang mempertahankan akses tanpa tarif dan tanpa kuota pasar tunggal blok itu. Meski demikian, masih ada sejumlah gangguan. Dalam kesepakatan tersebut dinyatakan adanya masa transisi, di mana Inggris tetap selaras dengan perdagangan dan peraturan peraturan UE, hingga berakhir pada 2300 GMT pada 31 Desember.
Kesepakatan memang sudah selesai, tetapi dengan perubahan besar datang tantangan dan peluang, kata menteri kantor kabinet Michael Gove dalam sebuah pernyataan, menambahkan bahwa bisnis perlu menyesuaikan diri dengan keluarnya Inggris dari Pasar Tunggal UE dan Serikat Pabean. “Ada perubahan praktis dan prosedural yang perlu dipersiapkan oleh bisnis dan warga, dan waktu untuk membuat persiapan akhir ini sangat singkat” katanya.
Periode transisi awalnya disepakati untuk menjaga hubungan perdagangan yang ada tidak berubah selama 21 bulan setelah tanggal Brexit yang direncanakan semula pada 29 Maret 2019. Tetapi periode tersebut tidak diperpanjang setelah Brexit ditunda hingga 31 Januari 2020, dan, dengan lebih dari 1.000 halaman perjanjian perdagangan diterbitkan secara penuh pada hari Sabtu, bisnis memiliki waktu kurang dari seminggu untuk menyesuaikan dengan aturan baru.
Pemerintah Inggris mendesak kalangan bisnis untuk melakukan persiapan guna saat akhir masa transisi, ada banyak perubahan yang perlu mereka lakukan akan diterapkan terlepas dari hasil pembicaraan. Pemerintah mengatakan bahwa bisnis perlu memahami aturan baru tentang impor dan ekspor barang antara UE dan Inggris Raya, dan aturan berbeda yang berlaku untuk perdagangan dengan Irlandia Utara. Pelaku bisnis juga perlu membuat pernyataan bea cukai tentang perdagangan UE, sementara pengangkut memerlukan izin untuk pergi ke pelabuhan di wilayah Kent atau berisiko terkena denda.