ESANDAR, Jakarta – Tingkat pengangguran Jepang naik, meski lapangan kerja mengalami kenaikan. Indikator ekonomi Jepang terkini menunjukkan adanya kenaikan permintaan tenaga kerja.
Permintaan tenaga kerja di Jepang naik pada bulan Desember ke level tertinggi dalam lebih dari 40 tahun, sehingga dapat memberi kesempatan kepada serikat buruh dalam negosiasi upah musim semi yang akan datang.
Data pekerjaan menunjukkan bahwa pengusaha mungkin lebih cenderung untuk memperhatikan seruan pemerintah untuk menaikkan upah sebesar 3 persen atau lebih dalam negosiasi tahunan dengan serikat pekerja musim semi ini, sehingga meningkatkan kemungkinan belanja konsumen dan inflasi. Beberapa perusahaan memiliki sedikit pilihan dalam menaikkan upah kerja. Umumnya mereka lebih memilih untuk mengamankan pekerja dalam menghadapi kekurangan tenaga kerja.
Rasio job-to-applicants dibulan Desember naik menjadi 1.59 dari 1.56 di bulan November, lebih tinggi dari perkiraan ekonom 1.57 dan tertinggi sejak Januari 1974. Sayangnya, tingkat pengangguran Jepang justru naik menjadi 2.8 persen dari 2.7 persen pada bulan November, data dari Kementerian pada hari Selasa. Perkiraan median ekonom tetap stabil di 2.7 persen, terendah sejak November 1993.
Sementara data lainnya, penjualan ritel melonjak kuat pada bulan Desember karena peningkatan pengeluaran untuk mobil dan pakaian, sehingga dapat mengurangi kekhawatiran tentang penurunan tak terduga dalam pengeluaran rumah tangga di bulan yang sama. Penjualan ritel melonjak 3.6 persen pada bulan Desember dari tahun sebelumnya, naik tajam dibandingkan dengan perkiraan pasar rata-rata kenaikan 1.8 persen. Namun untuk pengeluaran rumah tangga Jepang, berbeda dengan penjualan eceran karena berdasarkan survei yang dikirim ke sampel konsumen kecil, turun 0.1 persen pada Desember dari tahun sebelumnya.
Jepang mencatat pertumbuhan ekspansi ekonomi dalam tujuh kuartal terakhir hingga akhir September, pertumbuhan terpanjang yang tidak terputus sejak 1994. Ekspor menguat, keuntungan perusahaan mendekati rekor tertinggi dan bursa saham Tokyo berada pada level tertinggi dalam 26 tahun. Prospek ekonomi yang membaik telah meningkatkan ekspektasi bahwa inflasi konsumen Jepang akan mulai meningkat lebih cepat, sehingga memudahkan Bank of Japan untuk memenuhi target inflasi 2 persen. (Lukman Hqeem)