Harga minyak turun khawatir akan surplus produksi minyak

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga minyak dunia mengalami penurunan selain sebagai bentuk aksi ambil untung sejenak berkenaan dengan menguatnya dolar AS kembali, penurunan juga terjadi karena kekhawatiran surplus produksi.

Pada perdagangan hari Senin (29/01/2018) Dolar AS mengalami penguatan. Harga minyak West Texas Intermediate ditutup turun $0,65 atau 0,98% di $65,49 per barel. Sedangkan minyak Brent ditutup melemah $1,13 atau 1,60% di harga $69,39 per barel.

Bentang jarak harga minyak WTI dan Brent sekitar $4 per barel dari sebelumnya yang sempat jauh di $7 per barel. Sempitnya bentang harga tersebut akan memberi peluang bahwa produksi minyak AS bisa menurun di kemudian hari karena harga minyak Brent terlihat lebih murah di mana konsumen global sebetulnya lebih memilih Brent karena kualitasnya lebih bagus.

Harga minyak memang sedikit banyak juga berhubungan dengan kondisi pergerakan mata uang AS tersebut karena sebagian besar perdagangan minyak menggunakan dolar AS sebagai alat tukar dalam perdagangannya, sehingga jika dolar AS menguat maka akan terlihat bahwa investor sedikit menahan beli minyak karena harga pembelian minyak terkesan sedang mahal.

Sejauh ini harga minyak sudah naik hampir 60% sejak pertengahan tahun lalu, namun produksi minyak AS sendiri juga telah naik sekitar 17% sejak pertengahan 2016. EIA juga menyebut bahwa produksi minyak AS juga mengalami kenaikan 128 ribu bph menjadi total 9,878 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.

Produksi minyak AS mengkhawatirkan banyak pihak termasuk Arab Saudi dan Rusia di mana produksi AS makin mendekati produksi kedua negara tersebut. Hal ini terbukti dengan laporan Baker Hughes yang mengaktifkan kembali 12 lokasi pengeboran minyak sehingga total menjadi 759 rig yang aktif kembali.

Laporan Baker Hughes yang mengaktifkan kembali 12 lokasi pengeboran minyak sehingga total menjadi 759 rig yang aktif kembali. Produksi minyak AS tersebut sungguh mengkhawatirkan banyak pihak termasuk Arab Saudi dan Rusia di mana produksi AS makin mendekati produksi minyak Rusia yang mencapai 10,98 juta bph di tahun lalu.

Hal lain yang memperberat usaha OPEC dan Rusia dalam rangka pembatasan pasokan minyak dunia adalah produksi minyak Kanada dengan total produksi sekarang sekitar 4,2 juta bph dan kemungkinan akan mengalami kenaikan 335 ribu bph di tahun ini seiring dengan peningkatan belanja investasi perusahaan minyak di sana.

Disisi lain, harga minyak mentah masih berpeluang naik. Sebuah catatan dari Bank of America Merrill Lynch menyatakan kenaikan suku bunga the Fed yang menandakan pertumbuhan ekonomi AS mulai terus membaik dan membuat negara-negara maju lainnya serta negara-negara berkembang sedang membaik kinerja ekonominya sehingga membutuhkan bahan bakar energi yang lebih besar.

JPMorgan juga memperkirakan kenaikan harga minyak Brent di tahun ini sebesar $10 per barel menjadi $70 per barel dan minyak WTI naik $10,70 per barel menjadi $65,63 per barel. (Lukman Hqeem)