ESANDAR – Bursa saham Jepang melonjak dan yen melemah pada perdagangan di hari Kamis (03/10/2024) karena risiko pengetatan lebih lanjut dalam kebijakan moneter tahun ini memudar, sementara reli yang menggembirakan di pasar saham Hong Kong terhenti sejenak.
Euro sendiri mengalami kerugian besar karena pasar meningkatkan spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa akan memangkas suku bunga pada setiap pertemuannya pada bulan Oktober dan Desember setelah seorang pengamat kebijakan terkemuka Isabel Schnabel mengatakan dia memperkirakan inflasi akan turun kembali ke target.
Indek MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 1% sementara Nikkei 225 melonjak 2,2% karena yen yang lebih lemah meningkatkan prospek eksportir Jepang.
Sebagaimana diketahui bahwa Dolar AS naik 0,3% menjadi 146,84 yen. Ini berada di sekitar level tertinggi dalam sebulan. Dolar AS sendiri telah melonjak 2% semalam karena Perdana Menteri Jepang yang baru terpilih Shigeru Ishiba mengatakan bahwa negara itu belum siap untuk kenaikan suku bunga tambahan, setelah bertemu dengan gubernur bank sentral Kazuo Ueda.
Ueda mengatakan bahwa bank sentral akan bergerak hati-hati dalam memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga. Eksekutif BOJ yang dovish Asahi Noguchi juga mengatakan BOJ harus dengan sabar mempertahankan kondisi moneter yang longgar.
Hal ini menjadi sentimen pendorong naiknya USD/JPY lebih lanjut, dimana pernyataan tersebut menghilangkan kemungkinan kenaikan suku bunga pada tahun 2024. Kemungkinan besar justru bisa terjadi pengetatan pada periode berikutnya, sesuatu yang bisa terjadi di tahun 2025.
USD/JPY akan didorong oleh sisi AS dari persamaan sekarang. Mengingat fakta bahwa sejumlah data pekerjaan AS yang akan dirilis minggu ini, terlihat bagus. Jika itu terjadi, mengantisipasi data NFP (penggajian nonpertanian) yang akan dirilis pada hari Jumat, pergerakan USD/JPY dapat terus naik lebih tinggi menuju 149,40 sebagaimana kita lihat pada pertengahan Agustus.
Kontrak berjangka menyiratkan peluang kurang dari 50% bahwa BOJ dapat menaikkan suku bunga sebesar 10 basis poin pada bulan Desember, sementara suku bunga hanya terlihat naik menjadi 0,5% pada akhir tahun depan, dari 0,25% saat ini.
Masa libur panjang di Cina membuat Indek Hang Seng Hong Kong turun 2,5%. Setelah melonjak 6,2% sehari sebelumnya, indek ini masih naik 30%. Pergerakan ini masih mengejutkan, mengingat hanya dalam tiga minggu setelah Cina mengumumkan serangkaian langkah stimulus untuk menghidupkan kembali ekonomi yang goyah.
Semalam, Wall Street sebagian besar berakhir datar, meskipun imbal hasil Treasury naik. Pasar adem ayem merespon laporan penggajian swasta yang kuat. Hasil ini menambah bukti bahwa pasar tenaga kerja AS masih sehat. Alhasil, mengurangi risiko penurunan suku bunga yang besar dan tidak diharapkan untuk data penggajian nonpertanian hari Jumat.
Obligasi minggu ini telah didukung oleh arus safe haven karena ketegangan geopolitik di Timur Tengah meningkat. Israel mengatakan delapan tentaranya tewas dalam pertempuran di Lebanon selatan saat pasukannya menyerbu tetangganya di utara dalam kampanye melawan kelompok bersenjata Hizbullah. Imbal hasil Treasury dua tahun sedikit berubah pada 3,648%, sementara imbal hasil obligasi tenor sepuluh tahun adalah datar pada 3,79%.
Sejauh ini, pasar menyiratkan peluang 36% Federal Reserve akan memangkas 50 basis poin lagi pada bulan November, dibandingkan dengan hampir 60% minggu lalu, dan telah memperkirakan 70 basis poin pada akhir tahun.
Di pasar valuta asing, euro merosot pada $1,1040, tepat di atas level support utama di $1,10 dan tidak jauh dari level terendah hari Rabu di $1,10325, level yang terakhir terlihat pada 12 September.
Harga minyak naik karena kekhawatiran bahwa konflik Timur Tengah yang meningkat dapat mengancam pasokan minyak dari wilayah penghasil minyak terbesar di dunia. Minyak berjangka Brent naik 1,1% menjadi $74,68 per barel.
Harga Emas melayang mendekati rekor tertinggi di $2.655,90 per ons.