Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Pasangan USD/JPY telah mengambil penawaran beli setelah pergerakan korektif di bawah level support penting 132,00 di sesi Tokyo pada perdagangan Kamis (05/01/2023). Aset ini telah menunjukkan pemulihan karena dorongan risk-off  yang telah pulih dengan kuat di tengah melonjaknya kecemasan menjelang data Ketenagakerjaan Amerika Serikat.

Perdagangan di bursa S&P500 berjangka telah merasakan tekanan yang sangat besar karena ekspresi penambahan pekerjaan yang optimis dalam ekonomi Amerika Serikat dapat menjadi alasan untuk kelanjutan kebijakan moneter hawkish oleh Federal Reserve (Fed) untuk seluruh CY2023. Indeks Dolar AS telah mengimbangi seluruh kenaikan pagi dan berusaha merebut kembali resistensi terdekat di 104,00. Sementara itu, imbal hasil Treasury AS 10-tahun juga telah pulih mendekati 3,72%.

Data Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang akan dirilis pada hari Jumat akan diawasi dengan ketat oleh para pelaku pasar. Sesuai konsensus, pasar tenaga kerja AS telah menyaksikan penambahan gaji baru sebesar 200 ribu pada bulan Desember dibandingkan 263 ribu yang dilaporkan sebelumnya. Tingkat Pengangguran terlihat tidak berubah di 3,7%.

Meskipun inflasi telah melemah dalam beberapa bulan terakhir yang dipimpin oleh suku bunga yang lebih tinggi, Fed masih khawatir bahwa tingkat pengangguran yang rendah dapat memacu indeks harga lagi. Permintaan tenaga kerja yang besar akan dikompensasi dengan upah yang lebih tinggi, yang akan menghasilkan permintaan eceran yang lebih tinggi karena individu akan memiliki lebih banyak uang di kantong untuk dibuang.

Sebelum rilis data ketenagakerjaan resmi AS, investor akan melihat data Ketenagakerjaan oleh ADP, yang terlihat lebih tinggi di 150 ribu dibandingkan angka sebelumnya 127 ribu.

Di sisi Tokyo, Bank of Japan (BoJ) kemungkinan akan menaikkan perkiraan fiskal 2022 dan 2023 untuk Indeks Harga Konsumen (CPI) inti dalam proyeksi kuartalan yang baru, seperti dilansir Reuters. Skenario prakiraan inflasi yang lebih tinggi akan memudarkan desas-desus tentang pergeseran kebijakan karena inflasi yang lebih tinggi akan ditambah dengan lebih banyak langkah pelonggaran kebijakan dari bank sentral.