Dolar AS melemah pada akhir perdagangan di hari Jumat (01/12/2023), setelah dua hari menguat. Jatuhnya nilai mata uang ini karena pernyataan dari Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang memberikan nada hati-hati terhadap pergerakan suku bunga lebih lanjut.
Ia mengatakan bahwa risiko pengetatan yang terlalu rendah atau terlalu ketat kini lebih seimbang. Pasar memandang komentarnya bersifat dovish, dengan investor memperkirakan ekspektasi bahwa The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunganya.
Lebih lanjut disebutkan bahwa sudah jelas kebijakan moneter AS dalam memperlambat perekonomian sudah seperti yang diharapkan, dimana tingkat suku bunga acuan “ mampu membatasi ke area yang lebih dalam.” Namun Powell mencatat bahwa The Fed siap untuk memperketat kebijakan lebih lanjut jika dianggap perlu.
Pernyataan Powell seakan memberikan acungan jempol kepada pihak lain yang percaya bahwa The Fed telah bertindak benar dan mampu menunggu dan melihat tanpa menaikkan, tetapi belum tentu melakukan pemotongan.
Paska pernyataan ini, indek dolar AS (DXY) turun 0,2% pada 103,23 setelah mengakhiri bulan November pada hari Kamis dengan kinerja bulanan terlemah dalam setahun. Harga diperkirakan akan berakhir lebih rendah untuk minggu ketiga berturut-turut.
Menyusul pernyataan Powell, suku bunga berjangka AS pada hari Jumat memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 64% pada pertemuan bulan Maret, dibandingkan dengan 43% pada Kamis malam, menurut alat FedWatch CME. Pada pertemuan bulan Mei, peluang penurunan suku bunga AS melonjak menjadi 90%, dari sekitar 76% pada hari sebelumnya.
Pernyataan Powell muncul setelah data menunjukkan sektor manufaktur AS masih lemah pada bulan November, menegaskan komentarnya bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed telah mulai memperlambat perekonomian. Institute for Supply Management (ISM) mengatakan PMI manufakturnya tidak berubah pada 46,7 bulan lalu. Ini adalah bulan ke-13 berturut-turut dimana PMI berada di bawah 50, yang mengindikasikan adanya kontraksi di sektor manufaktur.
Data inflasi AS dan zona euro yang lebih lemah pada hari Kamis memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral di kedua wilayah mungkin akan menaikkan suku bunga, membuat para pedagang bertaruh pada penurunan suku bunga lebih awal pada tahun depan.
Goldman Sachs pada hari Jumat mengatakan pihaknya memperkirakan Bank Sentral Eropa akan melakukan penurunan suku bunga pertamanya pada kuartal kedua tahun 2024, dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya mengenai penurunan suku bunga pada kuartal ketiga.
Data ekonomi yang beragam di seluruh Eropa gagal memberikan pengaruh terhadap euro, dengan survei menunjukkan penurunan aktivitas manufaktur zona euro sedikit berkurang pada bulan lalu namun tetap berada di zona merah. Inggris juga melaporkan kontraksi di bidang manufaktur tetapi angkanya membaik untuk bulan ketiga berturut-turut.
Euro terakhir turun 0,1% pada $1,0874, mengurangi kerugian dan mengambil keuntungan dari aksi jual dolar menyusul komentar Powell. Poundsterling naik 0,5% menjadi $1,2699 dalam perdagangan GBP/USD. Sementara terhadap yen, dolar turun 0,9% menjadi 146,855 yen.
Yen berada di jalur kenaikan minggu ketiga berturut-turut, dimana pasangan USD/JPY menjauh dari level terendah dalam 33 tahun di 151,92 per dolar yang dicapai pada pertengahan November. Meningkatnya ekspektasi terhadap Bank of Japan yang akan meninggalkan kebijakan moneter ultra-longgarnya pada tahun depan dan penurunan imbal hasil AS telah mendukung mata uang Asia dalam beberapa minggu terakhir.