Dolar AS Melemah Yen Menguat

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Para spekulan semakin banyak yang melepas Dolar AS diakhir pekan kemarin. Menurut perhitungan Reuters dan data Komisi Perdagangan Komoditi Berjangka AS, konon jumlahnya terbesar sejak Oktober silam.

Nilai posisi net short dollar, yang berasal dari kepemilikan bersih para di spekulator International Monetary Market (IMM) di yen, euro, pound sterling Inggris, franc Swiss dan dolar Kanada dan Australia, adalah $11,47 miliar, dalam satu minggu sampai dengan 23 Januari. Posisi net short pada minggu sebelumnya terhadap dolar AS adalah $9,59 miliar.

Kontrak net short dolar AS telah meningkat selama empat minggu berturut-turut, menggarisbawahi kuatnya sentimen bearish pada greenback meskipun terlihat prospek suku bunga AS tahun ini lebih tinggi. Bank sentral utama lainnya, seperti European Central Bank, telah berada di jalur untuk menormalkan kebijakan moneter mereka, sehingga meningkatkan nilai mata uang euro, khususnya terhadap dolar AS.

Pekan lalu telah menjadi minggu yang fluktuatif dan volatil untuk dolar AS setelah Menteri Keuangan AS Steve Mnuchin berkomentar bahwa mata uang yang lemah bagus untuk negaranya, namun kemudian rebound setelah greenback turun tajam terbantu oleh pernyataan Presiden AS Donald Trump yang mengatakan bahwa pemerintah AS masih mendukung dolar AS yang kuat.

Pada perdagangan di Asia Pasifik pada Senin (29/01/2018), secara umum dolar AS berusaha memberikan tekanan kepada mata uang utama lainnya. Sayangnya, Yen masih cukup kuat bersama dengan Aussie. Sejauh ini USDJPY untuk sementara berada di level 108,69 dimana pada penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 108.58. Untuk AUDUSD untuk sementara berada di level 0,8094 dibanding penutupan perdagangan sebelumnya berada di level 0,8109.

Secara garis besar memang dolar AS masih dalam tekanan setelah pernyataan Mnuchin dan Trump yang membuat investor bingung dan ragu untuk mengoleksi lebih banyak aset-aset berdenominasi dolar karena para pejabat di AS juga sedang bingung termasuk pemutus kebijakan moneternya, the Fed yang juga masih diam seribu bahasa di kala mata uangnya terus menapaki jalur penurunannya terburuk sejak 3 tahun terakhir.

Pernyataan Mnuchin dibantah Presiden Trump, namun pernyataan Trump sendiri juga disetujui Mnuchin, the Fed sendiri tak bersuara, investor pun bingung, sehingga muncul stigma bahwa sebaiknya menghindari dolar AS terlebih dulu, ekuitas berbentuk dolar sendiri merupakan ekuitas yang paling mahal daripada ekuitas dari negeri maju lainnya karena suku bunga di AS mempunyai level atau tingkatan yang tertinggi dibandingkan oleh suku bunga bank-bank sentral G7 lainnya.

Pelemahan dolar AS siang ini agak tidak terlihat kembali karena investor dunia sedang waspada tinggi jelang FOMC meeting dan munculnya data-data ekonomi AS penting lainnya seperti nonfarm payroll, inflasi dan data-data aktivitas manufakturnya. Rapat suku bunga the Fed merupakan pertemuan yang terakhir dipimpin oleh Janet Yellen dan Maret nanti Jerome Powell akan memimpin the Fed untuk periode 4 tahun selanjutnya.

Sejauh ini yen juga masih berada di kisaran level terbaiknya sejak akhir 2016 lalu dengan doringan pernyataan dari Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda ketika berbicara di World Economic Forum bahwa inflasi di Jepang akan segera mencapai target dan normalisasi kebijakan moneter BoJ akan segera terwujud.

Walau pernyataan tersebut sudah dibantah oleh pejabat BoJ bahwa Kuroda hanya mengulangi pernyataan dari hasil rapat suku bunga BoJ di pekan lalu, namun pasar menganggap serius terhadap pernyataan Kuroda tersebut karena menurut investor Jepang akan segera mendapat kebijakan moneter yang normal lagi dengan arti yen masih akan menguat.

Dolar Australia juga masih di area terbaik di akhir 2014, dengan dorongan dari rencana Cina yang akan menjadi pusat industri dunia di 2025 dan dibantu pula oleh membaiknya harga minyak dunia yang tertinggi sejak 2014 pula. (Lukman Hqeem)