ESANDAR, Jakarta – Emas menjadi salah satu aset yang wajib dibeli para investor saat ini. Perang dagang membawa dampak negative secara global.
Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh CNBC kepada para eksekutif keuangan di perusahaan-perusahaan yang secara kolektif bernilai lebih dari $ 4,5 triliun menghasilkan pandangan yang mengkhawatirkan. Sekitar dua pertiga dari Dewan CFO Global tersebut menilai dampak negatif perang dagang pada perusahaan mereka.
Parahnya lagi, jajak tersebut dilakukan ketika AS masih bersiap-siap melancarkan serangan perang dagang. Kini perkembangan terakhir adalah Cina melakukan tindakan balasa, dan AS kembali menyerang dengan akan menambah tariff atas sejumlah komoditas Cina senilai $100 miliar lagi. Cina berbalik dengan mengatakan akan melakukan segala balasan dengan pengorbanan apapun.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, dalam tanggapannya, mengatakan Jumat lalu bahwa Cina “sepenuhnya siap untuk memukul balik dengan paksa dan tanpa ragu-ragu”. Tentu saja ini kondisi yang semakin mengkhawatirkan pasar global.
Sejumlah media yang biasanya pro Gedung Putih sekalipun, sangat hati-hati ini. Fox News misalnya tidak berani lagi mengutip bahwa Perang Dagang ini akan mudah dimenangkan, jargon Donald Trump diawal Perang Dagang ini. Layaknya menganggap ada “pot emas” yang menunggu ekonomi AS di sisi lain.
Dalam sejarah, tidak ada perang dagang yang menguntungkan. Sikap proteksinis akan menjadi boomerang bagi suatu negara. Perang dagang kali ini, bahkan bisa membuat perekonomian AS justru melambat lagi.
Ditengah kekacauan seperti ini, terdapat tiga aset yang semestinya menjadi tujuan investor dalam mengamankan investasinya. Emas, Yen dan saham teknologi Cina.
Bagaimanapun juga, Emas masih efektif sebagai aset pelingdung investasi. Daya pikatnya tak terkalahkan oleh aset lain. Dengan harga emas saat ini pada kisaran $1340 per troy ons, harga emas berpeluang naik. Bahkan sebagaimana proyeksi sejumlah bank besar dunia, bahwa tahun ini harga emas bisa mencapai $1450 per troy ons. Tidak mustahil memang harga emas akan naik, mengingat diawal tahun ini saja harga emas telah mencapai posisi tertinggi di $1365 per troy ons. Harga emas naik segera setelah Beijing membalas daftar tariff komoditas Cina yang diumumkan oleh Washington DC.
Perang dagang membuat investor pasar uang juga khawatir. Yen sebagai safe haven dipasar uang kembali menemukan pijakannya. Yen menguat tajam dan sepanjang tahun ini telah naik hampir 6%. Ini sangat luar biasa, mengingat AS yang mengetatkan kebijakan, tetapi Bank of Japan meninggalkan suku bunga jangka pendek dengan minus 0,1%. Itu bukanlah resep untuk mata uang yang kuat, tetapi dibandingkan dengan aset lain, yen masih diminati.
Ketiga, adalah membeli saham-saham teknologi Cina. Bagaimanapun juga, Raksasa dari Timur ini masih memiliki kisah pertumbuhan besar yang seharusnya tidak terlalu terganggu oleh perang dagang. Industri Teknologi Cina salah satu industri yang diyakini akan kebal dengan perang dagang ini. Perusahaan seperti Baidu , Alibaba dan Tencent Holdings bakal melonjak nilai sahamnya. Terlebih ketika dikaitkan dengan populasi negara yang semakin terkoneksi membuat ketiga saham ini setara dengan Google, Amazon dan Facebook sekalipun.
Harus diakui, saham-saham itu telah terperangkap dalam aksi jual baru-baru ini, tetapi hambatan untuk persaingan asing bukanlah hal baru bagi saham Big Tech China, dan pertumbuhan domestik harus terus memperkuat kesuksesan jangka panjang mereka terlepas dari pembicaraan perang dagang. (Lukman Hqeem)