ESANDAR, Jakarta – Robert Shiller, peraih Nobel ekonomi, mengatakan bahwa ketegangan perdagangan AS – Cina, yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Donald Trump berpotensi menimbulkan ancaman krisis ekonomi.
Ekonom di Universitas Yale tersebut mengkritik Presiden Donald Trump, yang dinilai bertindak dengan cara yang menurutnya tidak pantas sebagai seorang presiden. Lebih lanjut Shiller mengatakan bahwa dirinya tidak percaya akan adanya efek inflasi yang signifikan terhadap AS dari adanya kebijakan tarif impor baja dan aluminium tersebut.
Schiller justru memberikan peringatan bahwa retorika dari memanasnya iklim perdagangan dari kedua belah pihak, berpotensi mengakibatkan adanya guncangan resesi terhadap perekonomian Amerika Serikat. Kebijakan kenaikan tarif impor dari Cina yang diberlakukan oleh Trump, diperkirakan justru akan memberikan guncangan terhadap sejumlah sektor bisnis di AS.
Cina sendiri telah memberikan tindakan balasan dengan mengenakan tariff impor baru atas sejumlag produk asal AS. Seperti Minuman Anggur, Buah Segar, Buah Kering, Kacang-kacangan, Pipa baja, produk Etanol dan Ginseng, dikenakan kenaikan bea 15%. Sedangkan produk makanan dari daging babi serta barang-barang aluminium hasil daur ulang akan dikenakan tarif 25% oleh pihak Beijing.
Di luar itu semua Shiller juga mempertanyakan penyeseuaian penempatan sumber daya manusia dalam pemerintahan Trump, dengan menyebut bahwa Trump telah mempekerjakan beberapa orang ekstremis, dengan mengutip salah satu penasihat perdagangan Gedung Putih, Peter Navarro yang menulis buku “Death by China” dan “The Coming China Wars”.
Menyikapi perang dagang yang memanas, Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Christine Lagarde mengatakan posisi pemerintahan Presiden AS Donald Trump tidak mungkin memicu perang mata uang, sebagaimana dilansir dari surat kabar Italia, La Repubblica pada Selasa (27/03/2018). “Kami tidak melihat risiko semacam itu,” kata Lagarde.
Dia mendesak pemerintah Italia yang akan datang untuk bertanggung jawab secara fiskal dan memahami bahwa “pendapatan sama pentingnya dengan pengeluaran.”. Peringatan ini disampaikan guna menjamin kestabilan ekonomi di kawasan Eropa. Jauh ditegaskan oleh Lagarde “Mereka yang memerintah harus memahami risiko dalam menciptakan ketidakstabilan”.
Sebelumnya, pada hari Senin (26/03/2018), Lagarde juga menggarisbawahi masalah ekonomi Swiss. Menurutnya, meningkatnya ketegangan perdagangan global, berpotensi mengancam ekonomi Swiss. Pertumbuhan ekonomi Swiss sendiri diperkirakan IMF akan tumbuh 2.25 % pada 2018, sedikit lebih lambat dari perkiraan pemerintah terbaru yang cukup ekspansif sebesar 2.4 %. Bahkan IMF melihat, perkiraan pertumbuhan tersebut bisa lebih lambat seiring naiknya masalah perdagangan internasional dan perselisihan geopolitik serta ketidakseimbangan di sektor real estat dan hipotek Swiss. (Lukman Hqeem)