ESANDAR, Jakarta – Inflasi konsumen China meningkat ke posisi tertinggi dalam tujuh bulan ini pada bulan September. Laju kenaikan didorong lebih cepat oleh naiknya harga makanan dan minyak, demikian data resmi pemerintah China diumumkan hari Selasa (16/10).
Indeks harga konsumen naik 2,5% pada September dari tahun sebelumnya, menyusul kenaikan 2,3% pada bulan Agustus dan mempercepat untuk bulan keempat berturut-turut, kata Biro Statistik Nasional.
Harga makanan naik 3,6% dari tahun sebelumnya setelah naik 1,7% pada bulan Agustus. Harga sayuran segar naik 14,6% pada bulan September, mempercepat dari kenaikan 4,3% bulan Agustus. Harga buah naik 10,2% pada bulan September, mempercepat pertumbuhan 5,5% bulan Agustus. Jika digabungkan, keduanya mendorong indeks headline 0,52 persentase poin lebih tinggi.
Harga daging babi, yang telah menjadi hambatan utama pada inflasi, turun kurang pada bulan September, berkurang 2,4%, setelah turun 4,9% pada bulan Agustus.
Harga non-pangan meningkat 2,2% dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan peningkatan 2,5% tahun pada bulan Agustus. Harga bahan bakar transportasi melonjak 20,8% per tahun, memperpanjang kenaikan 19,4% pada Agustus dan memimpin kenaikan harga non-pangan, kata biro itu.
Pembacaan inflasi kunci sedikit lebih rendah dari perkiraan keuntungan 2,6% median oleh para ekonom yang disurvei sebelumnya oleh The Wall Street Journal. Pemerintah bertujuan untuk menjaga inflasi di bawah sekitar 3% tahun ini.
Pada basis bulan ke bulan, CPI naik 0,7% pada September dari bulan sebelumnya, sama dengan kenaikan bulan ke bulan pada bulan Agustus.
Indeks harga produsen naik 3,6% pada bulan September, dibandingkan dengan kenaikan 4,1% pada bulan Agustus. Pembacaan untuk harga pabrik-gerbang sedikit lebih tinggi dari perkiraan kenaikan 3,5% oleh para ekonom yang disurvei dalam survei.
PPI naik 0,6% pada bulan September dari bulan sebelumnya. Pada bulan Agustus, naik tipis 0,4% dari bulan sebelumnya. (Lukman Hqeem)