Bursa saham-saham global naik pada perdagangan di hari Kamis (25/01/2024) saat Euro melemah karena bank sentral Eropa mempertahankan suku bunga tidak berubah. Sementara imbal hasil Obligasi AS menurun setelah data menunjukkan bahwa ekonomi AS tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal keempat.
Sebagaimana dilaporkan Departemen Perdagangan AS bahwa perekonomian tumbuh ditopang belanja konsumen yang kuat melampaui prediksi resesi pada tahun 2023. Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal keempat meningkat pada tingkat tahunan sebesar 3,3% dan pertumbuhan setahun penuh sebesar 2,5%, menurut Departemen Perdagangan.
Dolar AS sendiri naik pada hari Kamis karena data menunjukkan bahwa Federal Reserve tidak akan terburu-buru menurunkan suku bunga. Namun euro jatuh ke level terendah baru dalam enam minggu di $1,08215 terhadap dolar.
Bank Sentral Eropa mempertahankan suku bunga tidak berubah pada rekor tertinggi 4% dan Presiden ECB Christine Lagarde mengatakan “terlalu dini untuk membahas penurunan suku bunga” namun mencatat bahwa risiko terhadap pertumbuhan ekonomi “condong ke sisi negatifnya.
Pelemahan euro ini menggambarkan bagaimana perbedaan tingkat pertumbuhan Eropa dan pertumbuhan AS.
Indek S&P 500 mencatat rekor penutupan tertinggi kelima berturut-turut, investor Wall Street menunjukkan sedikit kelegaan karena perekonomian AS bertahan lebih baik dari yang diharapkan. Laporan ekonomi yang bagus kemungkinan akan mendorong The Fed untuk mempertahankan suku bunga stabil setidaknya sampai kuartal ketiga atau keempat tahun 2024. Para konsumen sendiri masih melakukan belanja dan ini menjadi pertanda baik bagi korporasi Amerika. Fokus pasar adalah pada inflasi dan konsumen.
Indek Dow Jones naik 242.74 poin, atau 0.64%, menjadi 38,049.13, S&P 500 naik 25.61 poin, atau 0.53%, menjadi 4,894.16 dan Nasdaq naik 28,58 poin, atau 0,18%, menjadi 15.510,50.
Sebelumnya, pasar Cina telah melonjak karena kembalinya kepercayaan investor yang membantu mengimbangi kinerja yang lebih lesu di negara lain, sementara euro tetap stabil terhadap dolar menjelang pertemuan Bank Sentral Eropa. Saham-saham blue-chip Cina menunjukkan reli yang kuat, dimana indek Shanghai ditutup naik 3% dalam kenaikan harian terbesarnya dalam hampir dua tahun, setelah serangkaian tindakan yang dilakukan otoritas Beijing untuk menopang perekonomian dan pasar saham.
Imbal hasil Obligasi turun karena investor menaikkan harga setelah data menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dari perkiraan, seiring dengan laju inflasi yang berada di jalur yang tepat untuk memenuhi target 2% The Fed. Untuk tenor 10 tahun, turun menjadi 4,128% dibandingkan dengan penutupan AS sebesar 4,178% pada hari Rabu. Imbal hasil (yield) dua tahun, yang meningkat seiring dengan ekspektasi para pedagang terhadap suku bunga dana Fed yang lebih tinggi, menyentuh 4,3138% dibandingkan dengan penutupan AS di 4,378%.
Dalam mata uang, euro (EUR/USD) turun 0,4% hari ini di $1,0841, setelah kehilangan 1,77% dalam sebulan. Indeks dolar AS (DXY) yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang mitra dagang utama lainnya, naik 0,21%.
Dolar secara keseluruhan lebih kuat hari ini, namun mengingat ruang lingkup dan skala penurunan PDB, dolar seharusnya jauh lebih tinggi. Pasar semestinya melihat informasi perekonomian yang tumbuh dengan baik, dapat menjadi indikasi potensi yang lebih tinggi untuk jangka panjang bagi Dolar AS. Greenback naik 0,16% terhadap yen menjadi 147,73 (USD/JPY). Hal ini terjadi setelah yen pada hari Rabu menunjukkan reli satu hari terbesarnya terhadap dolar dalam sebulan setelah adanya petunjuk kenaikan suku bunga di Jepang.
Di pasar komoditas, harga minyak AS pada hari Kamis naik ke level tertinggi sejak akhir November menyusul data AS, dan karena ketegangan di Laut Merah terus mengganggu perdagangan global. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 3%, atau $2,27 pada $77,36 per barel. minyak mentah Brent berakhir naik 2,99%, atau $2,39, pada $82,43. Sementara harga emas di pasar spot naik 0,32% menjadi $2,019.11 per ounce.