Yen menguat dari level 150 per dolar pada perdagangan di hari Rabu, setelah lonjakan tak terduga pada sesi sebelumnya memicu spekulasi bahwa pemerintah Jepang mungkin melakukan intervensi untuk mendukung mata uang tersebut. Yen terakhir sedikit lebih rendah pada 149,17 per dollar.
Pasangan USD/JPY di awal perdagangan Asia, setelah sempat melonjak hampir 2% pada hari Selasa ke level tertinggi 147,30 – sebuah langkah yang terjadi setelah yen jatuh ke 150,165 per dolar, yang merupakan level terlemah sejak Oktober 2022.
Langkah otoritas Jepang semakin ke sini akan konsisten dengan peringatan terbaru dari para pejabat tinggi dan perilaku mereka di masa lalu. Pihak berwenang Jepang mungkin tidak dapat mengubah tren di pasar Valas dengan segera. Namun memasuki pasar dalam jumlah besar memberikan sinyal yang kuat dan membantu mengulur waktu agar hal-hal lain dapat terjadi yang kemudian berkontribusi pada penurunan posisi. Sebagaimana mereka lakukan sebelumnya, dimana pihak berwenang Jepang tahun lalu melakukan intervensi untuk menopang yen untuk pertama kalinya sejak tahun 1998.
Mata uang lainnya juga melemah terhadap yen pada sesi sebelumnya, dengan euro melemah lebih dari 1,5% ke level terendah 154,39 yen. Mata uang ini memulihkan sebagian kerugiannya dan terakhir dibeli pada 156,18 yen. Kemudian pasangan AUD/JPY berdiri di 94,03 yen, setelah jatuh ke level terendah dalam satu bulan di 93,16 yen pada hari Selasa.
Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengatakan pada hari Rabu bahwa nilai mata uang harus ditentukan oleh pasar, sambil menambahkan bahwa stabilitas adalah hal yang penting dan pergerakan cepat tidak diinginkan.
Diplomat mata uang terkemuka Jepang, Masato Kanda, juga mengatakan pada hari yang sama bahwa ia tidak akan berkomentar mengenai apakah Tokyo akan melakukan intervensi terhadap pasar nilai tukar semalam, meskipun ia mengatakan bahwa “kami hanya mengambil langkah-langkah yang dapat dipahami oleh otoritas AS”.
Sementara Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada bulan lalu telah mengatakan bahwa Washington akan menunjukkan pemahaman atas intervensi pembelian yen oleh Jepang dimana “tergantung pada rincian” situasinya.
Di tempat lain, dolar Selandia Baru dalam perdagangan NZD/USD turun setelah bank sentralnya mempertahankan suku bunga stabil di 5,5% dan menegaskan kembali bahwa pengetatan di masa lalu telah membantu membatasi pengeluaran dan meredam inflasi sesuai kebutuhan. Kiwi turun sekitar 0,4% ke level terendah tiga minggu di $0,5883.
Dolar menguat didukung data positif pada hari Selasa yang menunjukkan lowongan pekerjaan AS meningkat secara tak terduga pada bulan Agustus di tengah lonjakan permintaan pekerja di sektor profesional dan jasa bisnis. Hal ini mengirim indek Dolar AS (DXY) ke level tertinggi dalam 11 bulan di 107,34, dimana indeks dolar terakhir naik di 107,07.
Poundsterling pada perdagangan GBP/USD turun 0,02% menjadi $1,2076, mendekam di dekat penutupan sesi sebelumnya ke level terendah tujuh bulan di $1,20535. Sementara pasangan EUR/USD juga mencapai titik terendah di $1,0448 pada hari Selasa, terendah sejak Desember, dan terakhir di $1,0470.
Pasar terguncang oleh data positif dari AS lainnya yang mengejutkan. Ini seakan membenarkan pernyataan Federal Reserve sebelumnya, bahwa mereka akan menaikkan suku bunga dalam jangka waktu yang lebih lama.
Lonjakan lowongan pekerjaan menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS melakukan pelonggaran lebih cepat dibandingkan yang tersirat dalam rilis data baru-baru ini. Meskipun demikian, tidak semua rincian dalam laporan tersebut menunjukkan pasar tenaga kerja yang kuat.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan pada hari Selasa bahwa kenaikan stabil dalam imbal hasil obligasi Treasury AS jangka panjang belum menunjukkan tanda-tanda perlambatan perekonomian lebih dari yang diperkirakan dalam siklus pengetatan Fed pada umumnya. Sementara itu, Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia terbuka untuk menaikkan suku bunga lagi.
Dolar Australia dalam perdagangan AUD/USD naik 0,06% menjadi $0,6305, setelah turun hampir 1% pada hari Selasa setelah bank sentral negara tersebut mempertahankan suku bunga stabil selama empat bulan dan tidak menunjukkan urgensi untuk menaikkan lagi.