ESANDAR, Jakarta – Dolar AS menguat pada Kamis di New York, membukukan kenaikan pertamanya dalam lima sesi perdagangan terakhir. Para pedagang memilah risiko serangan militer di Suriah dengan hasil risalah FOMC. Dalam publikasi ini, terbuka niat The Federal Reserve untuk memperlambat pertumbuhan ekonomi yang dianggap terlalu panas.
Naiknya Dolar AS juga tak lepas dari depresiasi Euro pula. Sentimen negative berasal dari melemahnya data produksi industri Zona Euro yang mengecewakan investor. Indek dolar AS, DXYnaik 0,3% menjadi 89,76. Pada perdagangan EURUSD, Euro jatuh ke $ 1,2328, turun dari $ 1,2369 pada akhir Rabu. Pound sterling sementara naik lebih tinggi ke $ 1,4226 dibandingkan dengan $ 1,4178, menyentuh level tertinggi sejak awal Februari. Dolar AS juga menguat terhadap yen Jepang, USDJPY, membeli ¥ 107,23 dibandingkan dengan ¥ 106,79, mencapai level tertinggi dalam empat sesi.
Dolar AS naik lebih tinggi pada Kamis dalam aksi positif pertamanya setelah lima sesi terjungkal. Pembelian aset haven sedikit mereda pada perdagangan terakhir ini . Aset Haven seperti Emas dan Yen menarik investor selama masa gejolak dan ketidakpastian karena likuiditas mereka yang tinggi.
Namun demikian, tekanan Dolar AS masih belum hilang. Para pialang tetap menunggu perkembangan konflik Suriah yang terus mengalami kenaikan. Presiden Donald Trump pada hari Rabu mengisyaratkan akan melakukan serangan rudal ke Suriah tidak lama lagi. Aksi ini sebagai tanggapan terhadap serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pemerintah Suriah hingga menewaskan warga sipil di luar Damaskus selama akhir pekan. Rusia sendiri telah memperingatkan AS agar tidak melancarkan serangan. Sejauh ini dari sampel Suriah yang telah diuji positif mengandung gas klorin yang menyerang saraf, demikian ujar pejabat AS kepada NBC News.
Dalam berita perdagangan, perwakilan perdagangan Robert Lighthizer mengatakan akan melakukan renegosiasi dalam NAFTA, Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara. Namun, Lighthizer membatalkan perjalanannya ke Peru untuk KTT Amerika, yang awalnya dianggap sebagai arena di mana akan tercapai kesepakatan. Trump sendiri dilaporkan menginstruksikan Lighthizer dan Direktur Dewan Ekonomi Nasional baru Larry Kudlow untuk meninjau kembali negosiasi Trans Pacific Partnership (TPP).
Sementara itu, PM Inggris Theresa Mei pada Kamis juga memanggil kabinetnya untuk membahas apakah perlu mendukung tindakan militer AS ke Suriah. May sendiri siap untuk mengambil tindakan tanpa meminta parlemen terlebih dahulu, demikian laporan BBC. Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan Jerman tidak akan berpartisipasi dalam aksi militer terhadap Suriah.
Euro melemah terhadap sebagian besar mata uang lainnya setelah data produksi industri zona euro menurun dalam tiga bulan berturut-turut pada bulan Februari. Mata uang tunggal ini semakin lemahsetelah Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan pertumbuhan ekonomi Jerman “melunak sedikit” pada awal tahun ini. Tentu saja kabar ini semakin menambah kekhawatiran pasar, setelah risalah pertemuan terakhir Bank Sentral Eropa juga menunjukkan kekhawatiran atas euro yang kuat karena ketegangan perdagangan.
Para Pialang di Pasar mata tetap bertahan menunggu kabar baik mengenai perkembangan politik dan ekonomi sementara kalender ekonomi sendiri praktis kosong dari data. Perhatian tertuju pada masalah Geopolitik karena ketegangan yang ada semakin naik atas dugaan pemboman Suriah. Untuk saat ini, tampaknya tidak ada ancaman tindakan segera. AS berusaha mencari kawan untuk menanggapi penggunaan gas beracun Suriah. Sebagaimana twitter Presiden Trump, kondisi ini membuat hawa panas telah pergi diam-diam meninggalkan pasar diakhir minggu yang tegang.
Indikator ekonomi yang perlu diperhatikan investor juga adalah Klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir 7 April datang di 233.000, kurang lebih sejalan dengan perkiraan konsensus MarketWatch 230.000. Sementara itu, Indeks harga impor tidak berubah pada bulan Maret, dibandingkan dengan kenaikan 0,4% sebelumnya. (Lukman Hqeem)