ESANDAR – Angka ekspor Jepang terus menurun dalam dua tahun ini, hingga bulan Oktober masih terjadi meski dengan kecepatan yang telah melambat. Hal ini dibantu dengan peningkatan permintaan dari China dan AS untuk mobil dan item lainnya saat perekonomian Jepang terpuruk paling buruk sejak era Perang Dunia.
Data perdagangan terkini ini kemungkinan akan mendorong para pembuat kebijakan mengandalkan permintaan eksternal untuk mengalihkan pemulihan Jepang lewat stimulus pemerintah kembali ke aktivitas sektor swasta, meskipun kebangkitan virus Corona telah mengaburkan pandangan ini.
Kementerian Keuangan (MOF) melaporkan pada Rabu (18/11/2020) bahwa ekspor turun 0,2% pada Oktober dari tahun sebelumnya, dibandingkan dengan perkiraan median ekonom dari penurunan 4,5% di Reuters pemilihan. Itu merupakan penurunan terkecil dalam 23 bulan berturut-turut di Jepang dimana ekspor mengalami kontraksi dan diikuti dengan penurunan 4,9% pada bulan sebelumnya.
Berdasarkan tujuan, pengiriman ke Amerika Serikat naik 2,5%, sebagai kenaikan bulan kedua berturut-turut dan terbesar sejak Juli 2019 dipimpin oleh permintaan mobil dan suku cadang mobil. Sementara ekspor ke China selaku mitra dagang terbesar Jepang, meningkat 10,2%, didorong oleh peralatan pembuatan chip, mobil dan plastik sedangkan yang ke Asia secara keseluruhan naik 4,4%, peningkatan pertama dari delapan bulan.
Sayangnya, pengiriman ke Uni Eropa turun 2,6% di bulan Oktober. Impor turun 13,3% di tahun hingga Oktober, lebih besar dari perkiraan median untuk penurunan 9,0% tetapi lebih lambat dari 17,2% jatuh pada bulan September. Itu menghasilkan surplus perdagangan 873 miliar yen ($ 8,38 miliar), versus perkiraan median untuk surplus 250,0 miliar yen.
Perekonomian Jepang tumbuh pada laju tercepat sepanjang catatan di kuartal ketiga, dengan rebound tajam dari kemerosotan terbesarnya pasca perang dunia, karena peningkatan ekspor dan munculnya konsumsi sehingga membantu negara dari kerusakan yang disebabkan oleh pandemi virus corona.