Pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping di Buenos Aires akan menjadi sentimen kuat di perdagangan minggu depan. (Foto Istimewa)

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Rencana pertemuan para pemimpin negara-negara maju, G20 di Buenos Aires, Argentina pada akhir bulan ini akan menjadi situs yang sangat diantisipasi pasar. Disela-sela agenda KTT G20, Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan bertemu guna membahas hubungan dagang kedua negara.


Sebagaimana diketahui, sepanjang tahun ini, AS mengkritik Cina melakukan praktek-praktek perdagangan yang tidak baik. Bahkan Trump menuduh Beijing memanipulasi nilai tukarnya sehingga Yuan melemah terhadap Dolar AS dalam perdagangan USDCNH.


Selain masalah perdagangan AS dan China, pasar juga menantikan sikap keduanya terkait dengan masalah Yuan. Mata uang negeri Tirai Bambu ini yang lemah masih menyita perhatian pula.


Mata uang yang lebih murah membuat barang suatu negara lebih menarik di pasar global. Pun juga Yuan, yang juga tengah berjuang untuk mendapatkan pengakuan sebagai salah satu mata uan global. Hingga hari ini, Greenbacks telah dihargai lebih dari 6% terhadap mata uang Cina, baik di pasar onshore maupun offshore.


Sejauh ini, angin sakal yang bersumber dari perekonomian dan sejumlah berita utama menjadi sentiment negatif bagi Greenback. Dolar AS memang tidak merana dengan perang dagang, justru menguat, akan tetapi sejatinya keduanya sama-sama merugi. Presiden China Xi Jinping sendiri mengatakan pada akhir pekan kemarin bahwa perang dagang tidak akan menguntungkan siapa pun.


Investor melakukan aksi risk-off, termasuk kepada dolar AS. Langkah meninggalkan greenback untuk menguatkan terhadap saingannya ketika masuk ke meja perdagangan. Hal yang patut di garis bawahi adalah posisi Indek Dolar AS (DXY) yang telah naik sebesar hampir 5% di tahun ini. Sementara AUDUSD yang juga terpengaruh dari krisis Perang Dagang ini telah jatuh mendekati 7% versus uang Greenbacks.


Masalah semakin rumit dengan banyaknya peringatan tentang kesehatan ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan melamban. Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powel dan wakilnya, Richard Clarida menegaskan kekhawatiran ini dalam sebuah pernyataan minggu lalu. Hal ini memberatkan Dolar AS.

Meskipun begitu, daya naik dolar belum tamat. Faktor rencana the Fed dalam menaikkan suku bunga diakhir tahun ini dan pada tahun depan, memainkan peran penting dalam mendorong Dolar AS. Fed menaikkan suku bunga sementara rekan-rekannya, seperti Bank Sentral Eropa memilih untuk mempertahankan suku bunga.


Jika kesepakatan dicapai antara Washington dan Beijing, akan memberikan KTT Buenos Aires ini dalam catatan sejarah. Bagaimana pertikaian antara dua ekonomi terbesar di dunia telah menjadi katalis pasar terbesar di tahun ini. Pun demikian, isyarat kegagalan juga muncul, setelah wakil presiden AS, Mike Pence mengatakan bahwa AS tidak akan mengubah ketetapannya sampai China mengubah sikapnya. (Lukman Hqeem)