ESANDAR, Jakarta – China akan terus menyerang balik Amerika Serikat (AS) menyusul semakin banyak tarif perdagangan yang dikenakan AS.
Menurut Menteri Keuangan China, Liu Kun, kepada Reuters pada Kamis (23/08) Aksi balasan itu akan tetap diperhitungkan sebaik mungkin demi menghindari langkah yang akan merugikan bisnis dalam negeri maupun asing di China. Pemerintah China akan meningkatkan belanja negara untuk mendukung pekerja dan pengangguran yang dirugikan oleh konflik dagang.
“China tidak ingin terlibat dalam perang dagang, tetapi kami akan dengan tegas menanggapi tindakan yang tidak masuk akal yang dilakukan oleh Amerika Serikat,” kata Liu. “Jika Amerika Serikat tetap dengan langkah-langkah ini, kami akan melakukan tindakan untuk melindungi kepentingan kami.”
Liu mengatakan China akan merespons dengan tepat. “Kami merespons dengan cara yang tepat. Tentu saja, nilai impor barang China tidak sama dengan nilai impor barang-barang AS. Kami akan mengambil langkah-langkah terkait tarif sesuai dengan situasi ini,” katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut maksudnya. Dia menambahkan bahwa China sadar akan ancaman yang menghantuinya, seperti yang banyak pengamat telah perkirakan.
Sejauh ini, Cina telah memberlakukan atau mengusulkan tarif impor terhadap produk-produk AS senilai US$110 miliar, yang mewakili sebagian besar impor produk Amerika. Minyak mentah dan pesawat berukuran besar adalah impor utama AS yang masih belum ditargetkan untuk dikenakan tarif.
“Ketika kami mengambil tindakan, kami berusaha sekuat tenaga untuk tidak merugikan kepentingan bisnis asing di China. Itulah mengapa tindakan tarif kami diperhitungkan untuk tidak memengaruhi mereka sebanyak yang kami bisa,” kata Liu.
Pembicaraan dagang antara pejabat tingkat menengah AS dan China berakhir pada hari Kamis, namun tanpa ada terobosan yang berarti. Beberapa bisnis Amerika dan lobi industri, termasuk Kamar Dagang AS, telah mengritik tindakan Presiden AS Donald Trump yang menjatuhkan tarif hukuman atas barang-barang China. Mereka mengatakan pembalasan China yang dipicunya akan merugikan bisnis AS yang sudah tertekan karena menghadapi persaingan dari pesaing lokal di China. (Lukman Hqeem)