Pasangan USD/JPY berada di posisi terendah baru dalam delapan bulan ini dimana kini mengincar pergerakan dibawah 127,00. Yen Jepang mendapatkan momentum dengan liburnya pasar AS, Luther Martin Day dan menguat karena potensi tindakan BoJ, dimana imbal hasil gagap dengan kebijakan moneter terkini.
USD/JPY menahan penurunan terbaru di bawah 127,50, setelah memperbarui terendah delapan bulan di 127,24. Bears tetap memegang kendali pada perdagangan di awal pekan pada hari Senin (16/01/2023), karena Yen Jepang memperpanjang momentum bullishnya.
Muncul harapan bahwa Bank of Japan (BoJ) dapat mengejutkan pasar dimana poros hawkish pada pertemuan kebijakannya minggu ini mendukung sentimen di sekitar Yen, terutama setelah bank sentral Jepang gagal mempertahankan kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC) untuk yang kedua hari berturut-turut. Hasil JGB 10-tahun naik 1 basis poin menjadi 0,510%, melampaui batas atas 0,5% dari batas kebijakan BOJ.
BOJ sekurangnya telah membeli sekitar 10 triliun Yen ($78 miliar) di JGB selama dua hari terakhir, dengan pembelian 5 triliun Yen pada hari Jumat melampaui level tertinggi yang baru saja ditetapkan pada hari Kamis dan bersiap untuk membeli lebih banyak obligasi pemerintah Jepang pada hari Senin, menurut berita di Nikkei Asian Review.
Sementara itu, aksi jual pada pasangan USD/JPY menyeret Dolar AS melemah secara luas, dimana Indek Dolar AS turun 0,36% hari ini di 101,84, pada waktu penulisan. Pasar AS ditutup pada hari Senin, untuk memperingati Hari Martin Luther King Jr., dan oleh karena itu likuiditas yang rendah melebih-lebihkan pergerakan mata uang utama.
Peristiwa risiko utama untuk minggu ini tetap pada pengumuman kebijakan moneter BoJ dan data Penjualan Ritel AS. Dalam langkah mengejutkan bulan lalu, BoJ memperlebar kisaran untuk imbal hasil obligasi 10 tahun menjadi 0,5% naik dan turun dari target 0%.