Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Bursa saham global memperoleh keuntungan pada perdagangan di hari Jumat (25/08/2023) karena investor nampak mengabaikan spekulasi akan nada yang lebih dovish, lebih terhibur oleh pesan seimbang dari Federal Reserve (Fed) bahwa perjuangan inflasi belum berakhir, meski akan melanjutkan langkah selanjutnya dengan penuh “hati-hati”.

Dalam sambutannya yang disampaikan pada konferensi bank sentral di Jackson Hole, Wyoming, Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa inflasi masih terlalu tinggi bahkan dengan pembacaan yang menguntungkan baru-baru ini, dan bahwa bank sentral AS memiliki landasan yang kuat untuk mengatasi hal tersebut guna mendapatkan kembali stabilitas harga. Namun pada saat yang sama, Powell mencatat bahwa ketidakpastian ekonomi memerlukan pengambilan kebijakan moneter yang “lincah”, dan bahwa The Fed akan mengambil tindakan “dengan hati-hati” ketika memutuskan langkah kebijakan selanjutnya.

Pernyataan tersebut menyebabkan saham-saham AS bergerak naik turun saja antara kenaikan dan penurunan kecil sebelum melonjak lebih tinggi menjelang akhir sesi. Dow Jones naik 0,73%, S&P 500 naik 0,67% dan Nasdaq naik 0,94%.

Pun demikian, para investor di pasar obligasi AS menarik kembali keyakinan mereka terhadap kenaikan suku bunga pada bulan November dan Desember menyusul pernyataan Powell, meskipun imbal hasil Treasury diperdagangkan mendekati titik impas pada sore hari. Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun stabil di 4,2314% dan tenor 2 tahun yang lebih mencerminkan ekspektasi suku bunga, naik menjadi 5,0735%.

Penguatan kembali Dolar AS memberikan tekanan terhadap pasar ekuitas. Bursa saham Eropa pada perdagangan di akhir pekan harus berakhir datar, menyerahkan kenaikan yang didapatkan sebelumnya. Bukan hanya pasar sahamnya, namun juga mata uangnya harus tertekan pula.

Pasangan EUR/USD sempat jatuh ke level terendah sejak pertengahan Juni di tengah ekspektasi bahwa Bank Sentral Eropa dapat menghentikan siklus pengetatan bulan depan. Euro mengurangi kerugiannya pada akhir hari dan turun 0,12% menjadi $1,07965.

Para pengambil kebijakan ECB semakin khawatir terhadap memburuknya prospek pertumbuhan dan momentum untuk jeda kenaikan suku bunga semakin meningkat, menurut laporan Reuters, mengutip sumber yang mengetahui langsung diskusi tersebut. Pasar sendiri memang terpecah secara rata mengenai apakah ECB akan menaikkan suku bunga pada pertemuan bulan depan, dibandingkan dengan peluang kenaikan suku bunga sebesar 60% sebelum data aktivitas lemah diterbitkan awal pekan ini. Menurunnya ekspektasi kenaikan suku bunga ECB dibarengi dengan pertanyaan atas dana triliunan dolar adalah seberapa besar validasi dan dukungan yang didapat dari Presiden ECB Christine Lagarde saat ini.

Pesan Powell sendiri yang disampaikan pada hari Jumat sejalan dengan sinyal beragam dari pejabat Fed lainnya menjelang konferensi terakhir. Menanggapi hal ini, Presiden Fed wilayah Philadelphia Patrick Harker mengatakan kepada CNBC bahwa dia ragu bank sentral perlu menaikkan suku bunga lagi, namun dia juga mengindikasikan bahwa dia belum siap untuk memprediksi kapan penurunan suku bunga akan dimulai. Sementara Presiden Fed wilayah Boston Susan Collins mengatakan di saluran video Yahoo Finance bahwa suku bunga mungkin mendekati atau mencapai puncaknya, “tetapi kenaikan tambahan tentu saja mungkin terjadi.”

Bursa saham Asia juga menunjukkan kinerja yang lesu. Indeks MSCI Asia-Pasifik merosot 1,2%. Indek dolar AS (DXY) sempat menyerahkan kenaikan sebelumnya namun kemudian tidak berubah, setelah melonjak 0,35% ke level 104,44. Ini level tinggi terakhir yang terlihat pada awal Juni. Penguatan Dolar AS melambat selama perdagangan sesi Eropa dan Dolar AS sendiri telah melemah terhadap beberapa mata uang beta tinggi karena pasar ekuitas telah menguat selama sesi ini.

Terhadap mata uang Jepang, dolar secara tentatif kembali menuju level tertinggi sembilan bulan minggu lalu dalam perdagangan USD/JPY di 146,595. Pelemahan Yen tak luput dari data makro Jepang sendiri. Data harga konsumen Tokyo pada hari Jumat, yang mendahului angka nasional, menunjukkan inflasi masih jauh di atas target Bank of Japan. Namun, keterlambatan kenaikan gaji mungkin lebih penting untuk mengarahkan kebijakan. Bank Sentral diyakini tidak akan memperketat kebijakan moneter karena lonjakan inflasi belum berdampak pada percepatan pertumbuhan upah.