Jepang dan Amerika Serikat kemungkinan membahas gagasan intervensi mata uang terkoordinasi untuk membendung penurunan yen lebih lanjut selama pertemuan para pemimpin keuangan bilateral, demikian menurut siaran televisi Jepang TBS pada hari Jumat (22/04/2022). Kabar tersebut, muncul setelah Menteri Keuangan Jepang Shunichi Suzuki menggambarkan penurunan yen baru-baru ini sebagai sesuatu yang “tajam”. Ia setuju dengan Menteri Keuangan AS Janet Yellen untuk berkomunikasi secara intensif tentang pergerakan mata uang.
“Kami mengkonfirmasi bahwa otoritas mata uang kedua negara akan berkomunikasi secara erat, selaras dengan prinsip nilai tukar yang disepakati di antara anggota G7 dan G20,” kata Suzuki setelah pertemuan dengan Yellen di Washington D.C. di sela-sela pertemuan Dana Moneter Internasional.
Suzuki mengatakan dia menjelaskan kepada Yellen bahwa penurunan yen baru-baru ini tajam, tetapi menolak berkomentar apakah keduanya membahas gagasan intervensi mata uang terkoordinasi.
TBS juga melaporkan bahwa Suzuki dan Yellen kemungkinan membahas intervensi mata uang bersama selama pembicaraan mereka. “Pihak AS terdengar seolah-olah akan mempertimbangkan gagasan itu secara positif,” TBS mengutip sumber pemerintah tersebut. Namun, Washington akan merasa sulit untuk menyetujui intervensi pembelian yen karena akan menurunkan dolar dan mempercepat inflasi AS yang sudah melonjak, TBS melaporkan.
Sementara itu, salah satu pejabat kementerian keuangan Jepang mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak dapat mengomentari apakah intervensi mata uang bersama dibahas pada pertemuan tersebut.
Hal ini menurut Masahiro Ichikawa, kepala strategi pasar di Sumitomo Mitsui DS Asset Managemen, “Mungkin sulit untuk mendapatkan persetujuan AS untuk intervensi terkoordinasi pada saat ini”. “Jika intervensi benar-benar terjadi, itu bisa memicu pelepasan posisi yang besar dan mendorong mata uang Jepang naik 2-3 yen dalam waktu singkat.”
Pihak Departemen Keuangan Jepang pada pernyataan di hari Jumat mengatakan bahwa Yellen dan Suzuki “membahas perkembangan pasar keuangan, termasuk pasar valuta asing, dan menggarisbawahi pentingnya mempertahankan komitmen G7 dan G20 sebelumnya pada nilai tukar.”
Yen memang telah jatuh ke posisi terendah dua dekade terhadap dolar, dengan bank sentral terus mempertahankan kebijakan suku bunga ultra-rendah yang kontras dengan meningkatnya peluang kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS. Penurunan mata uang dihentikan minggu ini di posisi terendah 129,43 terhadap dolar di tengah ekspektasi masalah intervensi bersama dapat diangkat pada pertemuan para pemimpin keuangan G7 dan AS-Jepang.
Dalam pernyataan G7 yang dikeluarkan pada hari Kamis, kepala keuangan mengatakan mereka memantau dengan cermat pasar yang “bergejolak”, tetapi tidak menyebutkan nilai tukar.
“Pemerintah telah mengatakan pergerakan mata uang yang cepat tidak diinginkan. Apa yang kita lihat sekarang dengan yen adalah pergerakan cepat, jadi kami akan memantau pergerakan secara dekat dengan rasa urgensi,” kata Suzuki kepada wartawan.
Investor percaya yen semakin jatuh, dengan sebagian besar bertaruh bahwa bahkan intervensi pemerintah tidak akan cukup untuk membalikkan momentum. Intervensi bersama ini bukan sesuatu yang mengejutkan. Sebagaimana terlihat bahwa Suzuki tidak banyak berkomentar tentang apa yang Yellen katakan kepadanya. Mengingat AS berjuang melawan inflasi yang cepat melalui pengetatan moneter, tidak mungkin Washington akan menyetujui seruan Jepang untuk melakukan intervensi.