ESANDAR, Jakarta – Indek Bursa Saham AS masih melanjutkan perjuangan kenaikannya. Sayangnya dikahir perdagangan terkoreksi dan berakhir dengan posisi turun tipis.
Pada perdagangan hari Rabu (20/12/2017) bursa saham AS berakhir tipis. Indek Dow Jones dan S&P 500 berbalik arah dari rekor kenaikan kedua kalinya. Indek Dow Jones sempat naik 80 poin sesaat setelah pembukaan pasar, namun berakhir turun 28.1 poin atau minus 0.1%, ke 24,726.65. Menariknya, indek ini mengalami kenaikan sebesar lebih dari 25% sejak awal tahun. Indek S&P 500 ditutup turun 2.22 poin ke 2,679.25, minus kurang dari 0.1%. Tujuh dari 11 sektor yang ada didalamnya menurun. Sektor pengembang dan perdagangan umum masih tertekan dengan turun masing-masing sebesar 1% dan 0.7%. Sebaliknya, sector energy, telekomunikasi dan industry mampu bangkit dari kerugiannya. Indek Nasdaq berakhir turun minus 0.04% atau 2.89 poin ke 6,960.96.
Sementara bursa saham Asia berakhir beragam kembali. Indek Nikkei minus 0.37% dan Hang Seng naik 0.52% . Indek Eropa juga berakhir turun.
Pihak Republikan di Konggres akhirnya bisa mengirimkan RUU Perpajakan ke Presiden Donald Trump untuk disahkan. Kabar ini menimbulkan harapan bahw pemangkasan pajak akan mendorong pasar, khususnya dalam minggu-minggu ini. Kepastian kabar RUU yang lolos dari Konggres ini menggembirakan pasar, dimana mereka hamper melewatkan rinciannya. Pihak Dewan Perwakilan Rakyat pada Rabu kemarin memang meloloskan RUU tersebut setelah melalui pemungutan suara kedua kali. Pungutan suara terpaksa dilakukan dua kali, sehubungan masalah teknis pada pungutan suara pertama dihari sebeleumnya. Dalam Undang-undang ini ada pengurangan pajak korporat dari sebesar 35% menjadi hanya 21%. Senat akhirnya meloloskan RUU ini pada Rabu pagi.
Pergerakan pasar saham masih didukung dengan sentiment fundamental. Sejumlah laporan emiten dan perkembangan ekonomi AS mendominasi arah pergerakan. Sebagai contoh, laporan emiten FedEx, memberikan informasi yang mengkonfirmasi adanya belanja konsumen pada tingkat yang sehat.
Pasar bisa saja akan mengalami koreksi di bulan Januari, sesaat. Memilah emiten-emiten mana yang menjadi juara dan pecundang paska UU Perpajakan tersebut berlaku. Pun demikian, pasar akan kembali menguat dengan dorongan kenaikan pendapatan dan laba perusahaan. Memang saat ini masih menjadi perdebatan, pihak mana yang akan diuntungkan dengan perubahan undang-undang ini. Pasar saham secara jelas menjadi pihak yang akan diuntungkan, dimana banyak perusahaan-perusahaan besar yang merupakan emiten mereka menjadi pihak yang diuntungkan dengan perpajakan yang baru ini.
Sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilihan Presiden AS tahun lalu, telah membuat pasar saham naik sebesar 25%. Salah satu isu yang mendorong kenaikan ini adalah program Trump untuk memangkas pajak. Dengan berhasil lolosnya RUU Perpajakan ini, hingga akhir tahun ini setidaknya bisa dilihat apakah kenaikan yang terjadi bisa dipertahankan. Hal yang tidak diinginkan adalah jika ternyata kenaikan ini adalah Santa Rally yang terlalu dini berlari, sehingga membuat sejumlah investor akan mengunci keuntungannya lekas-lekas.
Penjualan rumah meningkat 5,81 juta dibulan November, menurut National Association of Realtors. Angka ini diatas perkiraan.
Pada perdagangan komoditi, harga minyak mentah berakhir naik 0.9% ke $58.09, setelah data yang menunjukkan penurunan inventori minyak mentah AS lebih besar dari perkiraan. Harga emas berjangka berakhir naik 0.4% ke $1,269.60. Kenaikan harga komoditi terpengaruh melemahnya dolar AS. Indek Dolar AS ICE turun 0.1% ke 93.329 setelah pihak Konggres meloloskan RUU Perpajakan. Pada perdagangan Bitcoin berjangka, turun minus 5.08% sementara Bitcoin dipasar spot juga turun 8% ke $16,750. (Lukman Hqeem)