ESANDAR, Jakarta – Harga Minyak mentah AS mencatat penurunan paling tajam dalam satu hari perdagangan di hari Rabu (08/08), sepanjang perdagangan tiga minggu terakhir ini. Awalnya, dorongan kenaikan harga minyak selama dua sesi terakhir ditopang oleh gangguan pasokan dan permintaan yang kuat, kini berbalik arah.
Penurunan stok minyak mentah yang lebih sedikut dari perkiraan awal menambah aksi suram dalam perdagangan minyak berjangka, setelah Lembaga Informasi Energi AS melaporkan bahwa pasokan minyak mentah domestik turun 1,351 juta barel sepanjang pekan yang berakhir 3 Agustus kemarin. Analis yang disurvei oleh The Wall Street Journal memperkirakan penurunan lebih dalam yaitu sebesar 2,3 juta barel untuk minggu ini. Stok bensin naik 2,9 juta barel selama seminggu, sementara stok minyak olahan naik 1,2 juta barel, menurut EIA.
Dari lantai bursa New York Mercantile Exchange, minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk pengiriman bulan September turun $ 2,23, atau 3,2%, menjadi $ 66,94 per barel, setelah sempat ke harga $ 69,17 pada perdagangan sebelumnya. Ini menandai level tertinggi untuk kontrak paling aktif sejak 30 Juli. Dalam perdagangan kemarin, menempatkan WTI pada level terendah sejak 21 Juni dan menghasilkan penurunan satu sesi paling curam sejak 16 Juli.
Sementara Minyak mentah jenis brent untuk pengiriman bulan Oktober, sebagai patokan harga minyak global, turun $ 2,37, atau 3,2%, dengan berakhir pada harga $ 72,28 per barel. Ini merupakan harga penutupan terendah sejak 17 Juli dan penurunan harian paling parah sejak 16 Juli.
Sementara itu, data impor minyak Cina menyoroti berlanjutnya penurunan permintaan dari ekonomi terbesar kedua di dunia dan salah satu importir terbesar minyak mentah. Hal ini memunculkan pertanyaan tentang kemampuan harga minyak bisanaik lebih lanjut setelah ancaman perlambatan produksi di Timur Tengah sempat mendorong harga naik.
Reuters melaporkan bahwa impor minyak mentah Cina turun hingga ke posisi lebih rendah pada 2018 karena berkurangnya permintaan.
Dilain pihak, pasar global juga memantau ketegangan Perang Dagang antara AS – Cina karena perusahaan-perusahaan milik negara Cina kini mencari material menggantikan minyak mentah AS dengan alternatif lain sebelum tarif dinaikkan.
Iran juga tetap menjadi isu penting bagi pelaku pasar. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan kepada surat kabar setempat bahwa sanksi AS, yang berlaku sejak Selasa, tidak akan mengganggu ekspor minyak mentah mereka. “Jika orang Amerika ingin menyimpan ide yang sederhana dan tidak mungkin ini dalam pikiran mereka, mereka juga harus tahu konsekuensinya,” kata Zarif kepada sebuah surat kabar Iran, Rabu kemarin.
Iran adalah anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sanksi yang diberlakukan oleh Gedung Putih, yang diharapkan akan digulirkan secara penuh selama 90 hari ke depan, memiliki potensi untuk memindahkan sekitar 1 juta barel per hari Iran sekitar 2,5 juta barel. satu hari ekspor minyak mentah.
American Petroleum Institute (API) melaporkan Selasa malam bahwa pasokan minyak mentah AS turun 6 juta barel untuk pekan yang berakhir 3 Agustus, menurut sumber. Data API juga menunjukkan pasokan bensin naik 3,1 juta barel, sementara stok distilat menambahkan 1,8 juta barel, kata sumber.
Namun, EIA gagal untuk mengkonfirmasi penurunan itu dan menyoroti penumpukan dalam produk olahan yang menunjukkan bahwa musim mengemudi musim panas, periode permintaan tinggi yang cenderung mendorong harga lebih tinggi, telah berakhir. Itu adalah faktor bearish untuk harga dalam waktu dekat. (Lukman Hqeem)