Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Harga minyak mentah stabil setelah tergelincir di awal perdagangan pada hari Selasa (29/08/2023) dimana para pedagang menunggu petunjuk baru mengenai prospek permintaan dan pasokan. Harga minyak mentah Brent diperdagangkan di $83,90 per barel dan WTI di $80,11 per barel.

Ada kekhawatiran pasar bahwa kemungkinan terjadi kenaikan suku bunga AS, dimana hal ini dapat menurunkan permintaan. Kekhawatiran ini ternyata jauh melebihi kekhawatiran bahwa badai tropis di lepas pantai Teluk AS dapat berdampak pada pasokan.

Pasar juga sedang menunggu apakah ada spekulasi bahwa AS sedang mempertimbangkan pelonggaran sanksi terhadap Venezuela dan Iran, yang dapat membuka pintu bagi lebih banyak ekspor minyak mentah. Sementara itu, melemahnya perekonomian China menimbulkan kekhawatiran prospek permintaan dalam beberapa bulan mendatang. Hal ini masih tertutup ketidakpastian namun menurut pendapat hal ini akan membatasi potensi kenaikan.

Investor menunggu data ekonomi utama AS pada akhir pekan ini yang akan membantu menentukan jalur suku bunga tahun ini dan tahun depan. Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Jumat mengatakan bank sentral AS mungkin perlu menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk meredakan inflasi yang membandel.

Pasar mengantisipasi dengan 80% kemungkinan The Fed akan memilih menahan suku bunga pada bulan depan, alat FedWatch dari Refinitiv menunjukkan, namun kemungkinan kenaikan suku bunga pada bulan November sekarang diperkirakan sekitar 56%.

Mungkin sulit bagi harga minyak untuk mempertahankan tren kenaikan yang kuat (yang terlihat) pada bulan Juli pada tahap ini. Perekonomian AS dan Eropa akan menghadapi tekanan penurunan pada kuartal keempat hingga suku bunga mencapai puncaknya.

Dengan demikian ada kekhawatiran mengenai permintaan, yang memberikan tekanan pada harga minyak. Ketika perekonomian China masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan, harga minyak mungkin masih berfluktuasi pada tahap ini, dan peningkatan lebih lanjut di masa depan mungkin memerlukan pemulihan dalam data ekonomi China

Pemulihan ekonomi China tersendat akibat memburuknya kemerosotan properti, lemahnya belanja konsumen dan jatuhnya pertumbuhan kredit, yang mendorong Beijing untuk memangkas suku bunga kebijakan utama untuk menopang aktivitas ekonomi dan konsumen minyak terbesar kedua di dunia.

Meskipun harga sejak awal kuartal ketiga masing-masing naik sekitar 12% dan 13% untuk Brent dan WTI, menyusul pengurangan produksi dari OPEC+, prospek perekonomian Tiongkok tetap menjadi kekhawatiran.

Sementara itu, Badai Tropis Idalia melanda bagian barat Kuba pada hari Senin dan hampir menjadi badai saat menuju Florida. Badai ini kemungkinan besar akan menyebabkan pemadaman listrik dan berdampak pada produksi minyak mentah di sisi timur Pantai Teluk AS.

Minggu ini perhatian pasar akan tertuju pada laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi AS yang akan dirilis pada hari Kamis dan data nonfarm payrolls bulan Agustus pada hari Jumat.