ESANDAR, Jakarta – Harga minyak dunia bisa reli ke $ 100 per barel tahun depan. Ini merupakan harga yang sebelumnya tidak terlihat sejak tahun 2014.
Sejumlah gangguan pasokan dari Venezuela dan Iran akan menjadi faktor pendorong kenaikan harga minyak mentah di pasar global, demikian menurut Bank of America Corp.
Harga minyak mentah jenis Brent di pasar komodiri berjangka, diperdagangkan mendekati $ 77 pada hari Kamis (10/05). Brent diyakini bisa mencapai $ 90 pada kuartal kedua 2019 karena persediaan dunia menyusut, kata bank itu.
Menurut Bank of America, kenaikan harga komoditas cair ini juga akan bergantung pada produksi OPEC. Pun demikian, sebagaimana diketahui bahwa OPEC telah melakukan sejumlah pembatasan produksi. Harapannya adalah bisa mendorong kenaikan harga kembali.
Sementara itu, terkait dengan sanksi AS kepada Iran, harga dari minyak mentah bisa naik lebih tinggi. Setidaknya hal ini akan mempercepat proses kenaikan harga minyak mentah kembali menyentuh level harga $100 per barel.
Minyak mentah telah naik ke tertinggi tiga tahun karena keputusan Presiden Donald Trump untuk memberlakukan kembali sanksi terhadap Iran mengancam untuk memperketat pasar yang sudah terkuras oleh permintaan yang kuat, pemotongan produksi OPEC dan kerugian pasokan yang tidak direncanakan di produsen bermasalah Venezuela.
Dalam masa 18 bulan ke depan, setidaknya keseimbangan pasokan dan permintaan minyak global akan sedikit terguncang. Sejumlah bank lain di Wall Street juga memiliki pandangan yang kurang lebih sama dengan apa yang diisyaratkan oleh Bank of America, meskipun mereka berkeyakinan bahwa kenaikan ini tidak akan cukup kuat.
Goldman Sachs Group Inc misalnya, memprediksi bahwa minyak mentah Brent akan naik ke $ 82,50 per barel dalam beberapa bulan mendatang, dan mengatakan ada kemungkinan harga bisa melampaui level itu, tetapi memperkirakan harga minyak mentah akan mereda lagi pada 2019. (Lukman Hqeem)