Harga emas berakhir di level terendah dalam tiga minggu ini pada perdagangan hari Selasa (12/09/2023), dimana penguatan dolar AS kembali memberikan tekanan pada harga logam mulia. Para pedagang menunggu data inflasi AS terbaru yang akan dirilis pada hari Rabu ini, dimana diyakini akan memberikan sentiment positif bagi Dolar AS.
Harga emas telah melemah sejak awal September karena dolar AS terus menguat, sehingga menambah tekanan pada harga komoditas. Meningkatnya imbal hasil obligasi dan prospek kenaikan suku bunga lagi dari Federal Reserve pada bulan November juga berkontribusi terhadap kesengsaraan harga logam mulia.
Penguatan dolar, menjadi sumber hambatan harga emas, berlanjut dengan hanya beberapa kemunduran kecil di sepanjang perjalanannya. Sementara imbal hasil Obligasi AS jangka panjang terus mengalami tren lebih tinggi. Emas dalam jangka panjang masih menjaga tren bullishnya, namun demikian dua hambatan ini membatasi gerak harga emas untuk saat ini.
Penguatan dolar AS sekali lagi terjadi bertepatan dengan melemahnya harga emas, karena mata uang AS rebound dari sedikit kemunduran pada hari Senin. Sejak mencatat level terendah akhir tahun ini pada 13 Juli, Indeks Dolar AS ICE DXY telah naik lebih dari 4%, menurut data FactSet. Indeks dolar, yang mengukur kekuatan dolar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya yang memberikan beban berat terhadap euro, naik 0,2% menjadi 104,72 pada perdagangan Selasa.
Laporan CPI AS pada hari Rabu diperkirakan menunjukkan bahwa, pada bulan Agustus, harga konsumen naik sebesar 0,6%. Data tersebut diperkirakan akan memberikan pengaruh besar pada pasar logam mulia, kata para analis. Angka-angka tersebut akan keluar pada pukul 20:30 WIB.
Data tersebut sangat penting menjelang pertemuan kebijakan The Fed pada bulan September dan dapat memberikan wawasan tambahan mengenai skenario inflasi di Amerika Serikat, yang secara signifikan dapat mempengaruhi ekspektasi investor terhadap dolar AS dan, akibatnya, perdagangan emas.