Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

Dolar tergelincir pada perdagangan di hari Kamis (19/05/2022), jatuh ke level terendah dalam 2 minggu, memperpanjang pullback dari posisi tertinggi dua dekade, karena sebagian besar mata uang utama terpukul oleh aksi jual. Dengan meningkatnya volatilitas di pasar keuangan global, dolar mencatat penurunan tajam terhadap yen Jepang dan franc Swiss, yang cenderung menarik investor pada saat tekanan atau risiko pasar.

Tetapi dolar juga bernasib buruk terhadap mata uang berisiko, termasuk dolar Australia dan Selandia Baru, karena kerugian tahun-ke-tanggal yang dalam untuk mata uang ini menarik beberapa pembeli. Parapelaku pasar nampak berusaha melakukan diversifikasi resiko. Dolar biasanya naik oleh kenaikan imbal hasil AS, sayangnya kenaikan yield ini tampaknya telah maksimal.

Indeks Dolar AS turun 1,0% pada 102,79, terendah sejak 5 Mei. Itu menempatkan indeks pada kecepatan untuk satu dari hanya enam contoh selama lima tahun terakhir ketika itu mencatat kerugian 1 hari sebesar 1% atau lebih. Indeks mencapai level tertinggi hampir dua dekade pekan lalu karena Federal Reserve yang hawkish dan meningkatnya kekhawatiran tentang keadaan ekonomi global membantu mengangkat mata uang AS. Indeks naik 7,5% untuk tahun ini.

Pada hari Kamis, dolar tergelincir ke level terendah 3 minggu terhadap yen dan terendah 2 minggu terhadap franc Swiss. Meski melemah, sejatinya Dolar AS belum kehilangan daya kenaikannya. Kenaikan yang terjadi pada Franc Swiss terhadap dolar dan euro terjadi setelah presiden Bank Nasional Swiss Thomas Jordan memberi isyarat pada hari Rabu bahwa SNB siap untuk bertindak jika tekanan inflasi berlanjut. Alhasil, Euro juga naik ke level tertinggi lebih dari 1 minggu terhadap dolar, karena investor memperkirakan kemungkinan jalur pengetatan jangka pendek yang agresif oleh Bank Sentral Eropa.

Sementara poundsterling Inggris naik 1,2% terhadap dolar pada hari Kamis, tetapi tetap mendekati level terendah 2 tahun yang disentuh minggu lalu karena inflasi yang melonjak dikombinasikan dengan prospek pertumbuhan yang suram membatasi kenaikan.