Dolar AS siap pertahankan kenaikannya dalam minggu ini.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Dolar AS melemah atas sejumlah mata uang besar lainnya pada perdagangan hari Kamis (07/06). Aksi ambil untung yang dilakukan oleh investor dilakukan sambil menunggu pertemuan Komisi Pasar Bebas Federal, FOMC dari Bank Sentral AS.

Pada perdagangan Euro, pasangan mata uang EURUSD didominasi oleh prospek relatif untuk kebijakan bank sentral yang memberikan dukungan karena ekspektasi pelaku pasar menilai ekspektasi ECB untuk 2019. Kondisi pasar secara umum mencoba untuk menghindari resiko, dimana investor berharap ada pelonggaran lanjutan sebagai langkah untuk perlindungan terhadap melemahnya EURUSD.

Sementara bentang jarak antara imbal hasil Obligasi Jerman dengan Amerika Serikat menyempit. Penyempitan ini sebagai respon terhadap perkembangan geopolitik di Italia dimana PM Italia Conte bersedia mengurangi utang negara. Sentimen ini jelas mendominasi karena pelaku pasar mengabaikan data pesanan pabrik Jerman yang dirilis jauh lebih lemah dari yang diharapkan dan angka akhir PDB yang lebih lembut dari perkiraan untuk Zona Euro.

Bank Kreditor asal Perancis BNP Paribas memperkirakan Euro berpotensi naik lebih dari 4 % ke $ 1.23 dalam tiga bulan kedepan. Menurut mereka hal ini karena pasar dalam kondisi “underpricing” sebagai dampak dari kebijakan pengetatan moneter Bank Sentral Eropa (ECB). Posisi beli dalam EURUSD masih akan berlangsung dalam seiring dengan pengetatan kebijakan ECB. Penguatan kembali ini secara substansial akan mendorong Euro ke naik.  BNP Paribas juga mengatakan bahwa mereka mengharapkan ECB untuk mengakhiri program pembelian obligasi besar-besaran pada akhir 2018 dan kemudian menaikkan suku bunga sebesar 20 basis poin masing-masing di bulan Juni dan Desember 2019.

Poundsterling sempat terkoreksi di sesi perdagangan Eropa. Pasangan GBPUSD ini menembus level terendah mereka dalam 2 minggu. GBPUSD jatuh tajam ke level rendah intraday hari kemarin ke 1,3375. Jatuhnya Poundsterling  terdorong oleh isu bahwa Sekretaris Brexit David Davis akan mengundurkan diri.

Upaya pemulihan Poundsterling juga berlangsung secara tajam. Didorong kabar adanya pos perbatasan Irlandia telah diubah dan akan berakhir pada Desember  2021. Berita utama ini menekan spekulasi atas keluarnya menteri kunci Eropa dan memperpanjang beberapa dukungan. Pergerakan GBPUSD ini melunak terhadap rilis sejumlah data klaim pengangguran awal mingguan dari AS. Sedangkan berita utama Brexit yang muncul menjadi penggerak eksklusif dari tindakan harga GBPUSD . Investor akan menantikan data inflasi konsumen yang akan dirilis pada Jumat.

Dari kawasan Asia Pasifik dikabarkan bahwa pergerakan pasangan mata uang USDJPY lebih didominasi oleh dolar dan pasar saham AS. Pasar saham AS sendiri menjauh dari level tertingginya, tedorong oleh peristiwa geopolitik. Pasar menantikan kabar dari pertemuan G7 di mana isu Perang Dagang kemungkinan akan memuncak dan kemudian KTT Korea Utara dengan AS dijadwalkan untuk 12 Juni. Tentu saja, FOMC dan BoJ akan menjadi fokus pasar yang harus diperhatikan juga.

Ada kabar atau isu baru-baru ini di mana Trump mengatakan tidak akan ada kesepakatan jikaKorea Utara tidak menyerahkan program nuklir mereka, dan mengulangi lagi bahwa pertemuan ini bukan tentang satu pertemuan dan setelah itu selesai. Ancaman Trump ini menimbulkan kekhawatiran bahwa ancaman ini tidak akan hilang dalam semalam.

Aussie harus terkoreksi kecil dan melakukan gerak konsolidasi, di tengah menguatnya dolar AS terhadap mata uang pasar negara berkembang dan mata uang berbasis komoditas. AUDUSD mendekati level tertinggi mingguan selama sesi Asia di 0,7672 tetapi kehilangan momentum. Aussie juga lebih rendah hari ini terhadap Kiwi tetapi pada basis mingguan masih memiliki kinerja terbaik di antara yang lainnya. Hal ini didukung oleh pernyataan RBA dan data GDP Australia. (Lukman Hqeem)