Harga emas tertekan dengan penguatan Dolar AS dan Imbal Obligasi AS

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga emas terpukul pada Selasa (20/02/2018), dengan komoditas tersebut mencatat penurunan hariannya yang paling tajam dalam lebih dari satu tahun. Jatuhnya harga emas dipicu penguatan Dolar AS dan stabilisasi ekuitas.

Harga emas untuk kontrak bulan April turun $ 25,10 atau melemah 1,9% menjadi $ 1,331.20 per ons. Ini menandai penurunan tajam untuk perdagangan berjangka yang aktif sejak 14 Desember 2016, ketika emas turun sebesar $ 33,90 atau 2,9%.

Logam mulia kehilangan pijakannya karena dolar muncul dengan kenaikannya paska menurun tajam pekan lalu, yang sebagian besar memperpanjang tren turun yang berlarut-larut untuk mata uang komoditi. Indeks Dollar ICE naik 0,6% menjadi 89,724, karena greenback mampu melawan Euro, Poundsterling dan Yen. Melemahnya dolar dapat meningkatkan harga komoditas dalam dolar, karena membuat mereka lebih murah untuk pembeli dari pemegang mata uang non dolar.

Minggu lalu, harga emas mencatat kenaikan mingguan tertajam dalam lebih dari satu tahun, karena jatuhnya dolar AS. Kini emas turun dengan sederhana pada hari Senin dalam perdagangan elektronik, meskipun dalam tindakan yang lebih tipis, karena banyak pedagang libur saat AS menikmati hari libur Presiden.

Setidaknya perhatian akan tertuju pada kenaikan hutang AS., dari belanja infrastruktur, pemotongan pajak dan dolar yang lebih lemah. Kenaikan hutan ini akan mendorong imbal hasil obligasi lebih tinggi dan dinamika tersebut membuat harga logam mulia bisa turun.

Disisi lain, volume perdagangan juga masih tipis karena sejumlah pedagang dari Asia masih menikmati liburan Imlek. Hal ini tentu mendorong harga emas lebih rendah. Dalam jangka pendek, harga emas masih akan dihadang sejumlah masalah likuiditas. Suku bunga yang lebih tinggi telah mendorong aliran likuiditas ke dolar yang lebih kuat. Tentu saja ini akan menjadi negatif bagi emas. Dalam jangka panjang, bisa saja terjadi salah langkah oleh Federal Reserve sehingga kemungkinan akan mendorong harga emas naik.

Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street berakhir turun. Indek Dow Jones turun 254.63 poin atau 1%, ke 24,964.75. Indek S&P 500 turun 15.96 poin atau 0.6%, ke 2,716.26 dan Indek Nasdaq turun 5.16 poin ke 7,234.31. Penurunan ini mengakhiri kenaikan enam sesi perdagangan sebelumnya baik bagi Dow Jones dan S&P.

Pada perdagangan komoditi, harga minyak mentah Brent berjangka turun 0,9% namun tetap bertahan sejauh minggu ini, sementara harga aluminium berhasil lolos dari aksi jual di sektor logam setelah komentar dari Pemerintah Trump akhir pekan lalu bahwa pihaknya mempertimbangkan untuk menerapkan tarif impor.

Bitcoin meningkat menjadi sekitar $ 11.400, menurut CoinDesk, karena terus menguat dari awal Februari yang sempat turun di $ 5.947.

Hari ini perhatian pasar akan tertuju pada rencana paparan risalah pertemuan terakhir Komisi Pasar Bebas Bank Sentral AS, FOMC pada akhir januari lalu. Pada pertemuan yang dipimpin terakhir kalinya oleh Janet Yellen ini, pasar ingin mencermati sinyal-sinyal kebijakan moneter The Federal Reserve kedepannya. Tentu saja masalah kenaikan suku bunga yang paling dinanti.

Pasar juga menanti pidato yang akan disampaikan oleh Gubernur Bank Sentral AS wilayah Philadelphia Patrick Harker dan Gubernur Bank Sentral AS wilayah Minneapolis Neel Kashkari yang dijadwalkan pada minggu ini. (Lukman Hqeem)