Indek dollar AS (DXY) pada perdagangan di hari Selasa (12/09/2023) naik 0,14%. Pelemahan bursa saham meningkatkan permintaan likuiditas terhadap dollar AS. Selain itu, short-covering dolar AS menjelang laporan harga konsumen AS di bulan Agustus yang akan dirilis pada hari Rabu mengangkat greenbacks.
Pasangan EUR/USD turun -0,18%. Penguatan dolar AS membebani euro secara relative. Selain itu, ketidakpastian bahwa ECB akan menaikkan suku bunga pada hari Kamis melemahkan euro karena pasar mengabaikan peluang sebesar 52% bahwa ECB akan menaikkan suku bunga sebesar 25bp pada pertemuan kebijakan hari Kamis.
Berita ekonomi Zona Euro pada hari Selasa mendukung EUR/USD setelah survei ZEW Jerman pada bulan September, ekspektasi pertumbuhan ekonomi secara tak terduga naik +0,9 ke -11,4, lebih kuat dari ekspektasi penurunan ke -15,0.
Pasangan USD/JPY naik 0,37%. Yen membukukan penurunan moderat. Divergensi bank sentral bersifat bearish bagi yen, dimana ECB dan Federal Reserve saat ini menaikkan suku bunga sementara BOJ mempertahankan suku bunga terendah. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang yang lebih tinggi menjadi bullish bagi yen setelah imbal hasil obligasi JGB 10-tahun pada hari Selasa naik ke level tertinggi baru 9-1/2 tahun di 0,722%.
Penguatan Dolar AS kembali menekan harga komoditi emas, harga untuk emas berjangka dengan kontrak Oktober ditutup turun $12.00 atau 0.62%. Harga emas jatuh ke level terendah dalam 2-1/2 minggu.
Selain itu, berlanjutnya likuidasi kepemilikan emas oleh dana bersifat bearish bagi emas setelah kepemilikan emas jangka panjang di ETF turun ke level terendah 3-1/3 tahun pada hari Senin. Penurunan harga emas meningkat karena penjualan teknis setelah harga turun di bawah rata-rata pergerakan 200 hari.
Yield obligasi global yang lebih rendah menjadi faktor bullish untuk logam mulia pada perdagangan di hari ini. Selain itu, pelemahan saham juga mendorong permintaan safe-haven untuk logam mulia. Keduanya menjadi penahan jatuhnya harga emas untuk turun lebih rendah lagi.