ESANDAR, Jakarta – Dolar AS kembali menorehkan tajinya, pada perdagangan akhir pekan Jumat (25/05). Sejumlah mata uang besar lainnya tergeser setelah Indikator Ekonomi AS menunjukkan hasil yang positif.
Pada perdagangan mata uang, Poundsterling terpantau dalam tekanan bearish terhadap Dolar AS. Meskipun potensi penguatan Dolar AS paska dirilisnya data pesanan barang tahan lama mampu menahan penurunan lebih lanjut. GBPUSD didorong oleh sejumlah sentiment domestik Inggris atas sejumlah data ekonomi yang mayoritas solid. Sementara Euro dalam perdagangan EURUSD juga turun sebesar 0.59% didorong sentimen di sekitar kemelut perpolitikan di Italia.
Aussie memudar lonjakan bullishnya, setelah indikator ekonomi AS dirilis. AUDUSD jatuh dari level tertinggi intraday pada level 0.7589 hingga ke terendah harian di 0.7541 . Pasangan ini terbebani oleh kelanjutan dari pergerakan bullish greenback yang kuat dan turunnya harga komoditas global. Kombinasi sentiment ini memicu koreksi Aussie atas dolar AS.
Dolar AS yang menguat, juga mendapat mendapat keuntungan dari turunnya indeks pasar saham utama di seluruh dunia. Hal ini membuat Investor berada dalam mode risk-off atas mata uang safe-haven. Pembatalan dari Presiden Trump dari pertemuan bersejarah dengan Kim Jong Un bersama dengan rencana baru AS untuk memberlakukan tarif 25% pada kendaraan impor meningkatkan ketidakpastian di kalangan investor . Selain itu, kurangnya kemajuan dalam putaran kedua pembicaraan perdagangan AS-China juga membuat investor tetap khawatir. Namun dengan dirilisnya sejumlah data Durable Goods Orders yang beragam, memberikan sedikit dorongan menuju ke wilayah positif.
Sementara pada perdagangan komoditi berjangka, baik harga emas dan harga minyak mentah juga mengalami tekanan oleh penguatan Dolar AS ini.
Harga minyak mentah jatuh tajam setelah menteri energi Rusia berpengaruh mengatakan sekelompok negara produsen bisa segera mulai mengurangi batas produksi yang mereka tempatkan tahun lalu untuk menguras kelebihan minyak mentah global. Menteri Energi Rusia Alexander Novak bertemu dengan mitranya dari Saudi, Khalid Falih, di St. Petersburg untuk membahas kesepakatan itu, yang bertujuan untuk mempertahankan 1.8 juta barel per hari dari pasar sejak Januari 2017.
Para pihak kini mempertimbangkan untuk keluar secara bertahap kesepakatan untuk mengkompensasi penurunan produksi di Venezuela yang dilanda krisis dan gangguan ekspor yang diperkirakan dari Iran, yang menghadapi sanksi baru
harga Emas terpantau melemah di tengah bangkitnya dolar AS di dukung oleh data ekonomi AS yang positif. Indikator ekonomi terkini menunjukkan adanya peningkatan pesanan barang tahan lama. Angkanya bahkan melampaui ekspektasi pasar sebelumnya. Hal ini semakin menegaskan kepercayaan investor dalam prospek perekonomian AS dimasa depan. Harga Emas untuk pengiriman bulan Juni turun $ 1.60 atau 0.12% menjadi $ 1,302.80 per troy ons. (Lukman Hqeem)