ESANDAR, Jakarta – Pada perdagangan Kamis (11/07/2019) Dolar AS berakhir melemah atas sejumlah mata uang asing lainnya. Sentimen fundamental ganda mendorong koreksi Greenbacks, paparan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell didepan Kongres AS dan risalah FOMC bulan Juni yang dipublikasikan. Kedua hal tersebut membantu menghidupkan kembali taruhan atas kebijakan moneter yang agresif dan meningkatkan ekuitas dimana hal ini mengorbankan dolar AS.
Ada kekhawatiran pada kepastian langkah lanjutan bank sentral AS, namun ditengah ketidakpastian perang perdagangan dan tekanan inflasi yang teredam, Dolar AS meradang. Selama hari kedua paparannya kepada Kongres, Powell terus menimbulkan keresahan. Powell menitik beratkan adanya hubungan pengangguran – inflasi yang “lebih lemah dan lebih lemah”, mengacu pada relevansi yang tampaknya semakin berkurang dari Kurva Philips.
Kurva tersebut adalah model ekonomi yang menguraikan potensi hubungan terbalik antara pengangguran dan tingkat inflasi. Singkatnya, pasar tenaga kerja yang lebih ketat dengan lebih sedikit pekerja yang tersedia untuk disewa harus membantu menaikkan upah yang seharusnya mengarah pada harga yang lebih tinggi.
Kini pasar tiba-tiba terbangun ketika laporan CPI AS terbaru melewati batas dan mengalahkan ekspektasi. Inflasi utama, tidak termasuk makanan dan energi, naik 2,1% (y/y) di bulan Juni versus 2,0% yang diharapkan dan sebelumnya. Sementara tingkat informasi utama turun ke 1,6% dari 1,8% seperti yang diantisipasi, kedua pembacaan basis bulanan secara tak terduga mengejutkan ke atas. Fakta data tersebut melawan tren data ekonomi AS yang cenderung mengecewakan akhir-akhir ini.
Singkatnya, kini terlihat dolar AS akan terus melonjak seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah. Namun, faktanya imbal hasil turun dengan wacana pengurangan pemotongan suku bunga 50bps dari Fed pada keputusan suku bunga di akhir bulan ini. Pasar tetap sepenuhnya meyakini peluang satu penurunan suku bunga. Namun sementara ini greenback berpeluang untuk bertahan, terlebih jika inflasi produsen AS nanti malam senada dengan inflasi konsumen.
Pada perdagangan Euro dengan Dolar, EURUSD menutup di 1.1255 atau lebih tinggi hanya 0,04%. Upaya kenaikan Euro terbentur oleh dua resistensi kuat yang berdekatan. Level tertinggi kemarin di 1.1286 kini pun berperan sebagai resistance. Selama Euro masih diperdagangkan dalam zona resistensi ini, EURUSD akan dibayangi tekanan, yang dapat membawanya turun ke level support terdekat dari harga saat ini yang berada di 1.1245, 1.1232, dan 1.1220.
Poundsterling dalam perdagangan GBPUSD berakhir di 1.2526 pada saat sesi perdagangan Kamis ditutup atau lebih tinggi 0,17%. Secara teknis, GBPUSD masih bsia bertahan diatas level Fibonacci, di 1.2571. Selanjutnya GBPUSD potensial untuk memperlihatkan pergerakan konsolidasi dengan rentang harga 1.2480 hingga 1.2555.
Aussie sendiri berhasil menutup perdagangan di 0.6973 atau lebih tinggi 0,22%. Di tengah meredanya isu geopolitik dan perang dagang, AUDUSD terus bergerak naik di Jumat pagi. Kini AUDUSD berusaha menembus resistance 0.6987.
Dolar AS berakhir naik dalam perdagangan USDJPY di 108.47, naik 0,06%. Pasangan mata uang ini memperlihatkan potensi bergerak dalam kisaran perdagangan untuk melakukan konsolidasi dengan kisaran perdagangan di 108.00 – 108.70. (Lukman Hqeem)