Dalam perdagangan yang berombak di akhir pekan, Dolar AS mampu naik di hari Jumat (16/12/2022), memperpanjang kenaikan tajam sejak sesi sebelumnya karena selera risiko memburuk dan investor bergulat dengan prospek bahwa biaya pinjaman masih memiliki jalan panjang untuk naik.
Data PMI yang lebih lemah dari perkiraan tidak akan menghentikan kenaikan upaya The Fed dalam menaikkan suku bunga. Pasar mengalami minggu yang hawkish dimana Federal Reserve dan ECB (Bank Sentral Eropa) dan ada banyak hal negatif di layer. Inilah alasan melihat dolar AS kembali mendapatkan penawaran beli.
Sejauh ini belum diketahui apakah dolar telah mencapai puncaknya, meski sentimen risk-off berlanjut selama liburan akhir tahun. Namun demikian, terlihat bahwa dolar AS memang sudah melambung. Setidaknya Dolar AS mendapatkan momentum di sini dengan memiliki beberapa kaki untuk satu atau dua minggu kedepan.
Meski menguat terhadap lawan-lawannya, greenback tetap saja harus turun 0,8% terhadap yen menjadi 136,67 dalam perdagangan USD/JPY setelah mencapai level tertinggi dalam dua minggu. Poundsterling tergelincir sebesar 0,2% terhadap dolar menjadi $1,2157 dalam perdagangan GBP/USD. Sementara Euro harus turun 0,3% menjadi $1,0595 dalam perdagangan EUR/USD.
Indek dolar AS (DXY), yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama, naik 0,2% menjadi 104,74, setelah reli lebih dari 0,9% pada hari Kamis. Sementara Dolar Australia yang sensitif terhadap risiko, dalam perdagangan AUD/USD turun 0,2% menjadi $0,6687. Aussie anjlok lebih dari 2% di sesi sebelumnya, yang tercatat sebagai penurunan terbesar sejak Maret 2020. Sedangkan Dolar Selandia Baru dalam perdagangan NZD/USD naik 0,7% menjadi $0,6383.