ESANDAR, Jakarta – Gerak bursa saham Asia bervariasi pada awal perdagangan hari Selasa (31/07), karena investor memilih menunggu pernyataan dari pertemuan kebijakan Bank of Japan.
Indek Nikkei Jepang turun diawal perdagangan tetapi kemudian bergerak naik turun, dengan posisi terakhir turun 0,3%. Ada spekulasi bahwa Bank of Japan dapat menurunkan target inflasi menjadi 1,5%, dan mungkin mengubah target hasil untuk obligasi 10-tahun. Saham Fast Retailing melonjak 2%, sementara Sumitomo Mitsui Financial Group dan Toyota turun.
Indek saham Cina menguat meski data PMI negeri tirai bambu tersebut mengecewakan. Indek Shanghai naik moderat sementara Indek Shenzhen membukukan kenaikan yang sedikit lebih besar. Saham pembuat vaksin yang bermasalah Changsheng Bio-technology terus terjun untuk hari ke 11 ini. Indek Hang Seng Hong Kong beringsut lebih rendah. Saham Tencent turun lebih dari 2%. Indek Kospi Seoul juga menurun. Saham Samsung turun setelah membukukan pertumbuhan kwartal datar karena penjualan smartphone merosot.
Data ekonomi terkini menunjukkan bahwa angka Produksi industri (PMI) Jepang menurun pada bulan Juni. Penurunan ini menandai berbaliknya arah setelah baru-baru ini menguat lebih tinggi, demikian ungkap pemerintah Jepang pada Selasa (31/07). Dikatakan olehnya bahwa produksi industri negeri sakura turun 2,1% pada Juni dari bulan sebelumnya, menyusul penurunan 0,2% pada bulan Mei, menurut Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri.
Penurunan itu lebih besar dari penurunan sebesar 0,4% yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Nikkei. Penurunan terlihat dalam berbagai produk, termasuk peralatan pembuatan semikonduktor, komputer pribadi, produk plastik, bensin, dan serat karbon. Secara kwartal, angka produksi meningkat 1,2% pada kuartal April-Juni dari yang sebelumnya.
Kementerian mempertahankan penilaiannya terhadap output industri, dan mengatakan bahwa produksi meningkat secara bertahap. Menurut survei yang termasuk dalam laporan tersebut, para produsen mengharapkan produksi bisa naik 2,7% pada bulan Juli dengan target kenaikan sebesar 3,8% pada bulan Agustus.
Sementara itu, indeks manajer pembelian non manufaktur Cina secara resmi dikabarkan turun menjadi 54,0 pada Juli dari 55,0 pada Juni, Biro Statistik Nasional mengatakan pada hari Selasa (31/07). Angka di atas 50 menunjukkan adanya ekspansi, sementara angka di bawah tingkat itu menunjukkan kontraksi.
Sementara itu, sub indek kegiatan konstruksi turun menjadi 59,5 dari 60,7, sedangkan subindex aktivitas bisnis untuk sektor jasa turun menjadi 53,0 dari 54,0. PMI manufaktur Juli resmi, juga dirilis pada hari Selasa, jatuh ke level terendah lima bulan 51,2 pada bulan Juli di 51,5 pada bulan Juni.
PMI non-manufaktur mencakup layanan seperti ritel, penerbangan dan peranti lunak serta sektor real-estate dan konstruksi. Data didasarkan pada jawaban atas kuesioner bulanan yang dikirim ke eksekutif pembelian di 4.000 perusahaan di 27 sektor non-manufaktur. Data ini disusun bersama oleh Federasi Logistik & Pembelian China dengan Biro Statistik Nasional.
Sementara itu, pada perdagangan di lantai bursa AS diawal perdagangan minggu ini, berakhir turun. Indek S&P 500 dan Nasdaq mencatat penurunan tiga hari berturut-turut karena saham teknologi terus menurun. Indek S&P 500 harus merosot 0,6% dan ditutup sekitar 2,802.60, sementara Nasdaq harus kehilangan 1,4%. Indek Dow Jones Industrial juga melemah, dengan berakhir sekitar 144 poin lebih rendah, atau turun 0,6%. Aksi jual saham-saham teknologi terjadi setelah laporan keuangan yang mengecewakan sejumlah emiten besar, seperti Twitter Inc.yang sahamnya harus turun lebih dari 8% pada hari Senin, Netflix Inc. turun 5,7% dan Facebook Inc. menurun 2,2%. (Lukman Hqeem)