Harga emas turun oleh penguatan Dolar AS paska data ekonomi AS yang solid.

Esandar Arthamas Berjangka merupakan pialang resmi yang terdaftar di BAPPEBTI. Anggota dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia.

ESANDAR, Jakarta – Harga Emas turun diawal perdagangan minggu ini. Berakhir pada posisi terendah selama tiga sesi perdagangan terakhir. Logam mulia menemui resistensi untuk menguat kembali.

Upaya kenaikan harga emas, tertahan oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS menjelang pertemuan Federal Reserve. Melemahnya harga emas ini bersamaan dengan melemahnya dolar AS, suatu kondisi yang jarang terjadi.

Kekhawatiran masalah geopolitik mereda, sementara imbal hasil Obligasi naik. Kombinasi ini menjadi sentiment kuat untuk menekan harga emas. Terbukti permintaan akan aset surgawi ini melemah, sementara secara teknis harga logam mulia masih sepenuhnya dalam tren bearish pada basis jangka pendek. Ini terus mengundang aksi jual dengan berbasis pergerakan grafik harga. Dalam jangka pendek, harga logam mulia masih akan miring.

Untuk kontrak pembelian bulan Desember, harga emas turun $ 1,20, atau kurang dari 0,1%, lebih rendah untuk ditutup pada $ 1,231.50 per troy ons. Harga emas berjangka pada hari Jumat membukukan penurunan mingguan ketiga berturut-turut, dimana kontrak bulan Desember memposting penurunan mingguan sebesar ,2%,. Penurunan ini sekaligus menandai penurunan ketiga emas secara langsung.

Investor komoditas mungkin mengamati petunjuk baru tentang lintasan kebijakan bank sentral, dengan pertemuan dua hari The Federal Reserve yang akan dimulai pada hari Selasa ini. Selain the Fed, para pembuat kebijakan penting lainnya di Bank of Japan dan Bank of England, juga dijadwalkan untuk melakukan pertemuan. Mereka diperkirakan akan mengambil sikap tidak akan ada perubahan kebijakan strategis lebih lanjut dibandingkan perkiraan pasar saat ini.

Diyakini, bahwa sejumlah faktor  tersebut dapat mempengaruhi perdagangan emas. Dimana sebagian besar telah terkunci dalam kecenderungan untuk menurun selama beberapa bulan terakhir. Harga Emas masih akan bergantung pada pergerekan dolar AS dimasa depan. Gerakan dolar AS pra-FOMC ada di sana. Ini akan menjadi momentum yang sangat bearish untuk emas. Para Pembeli masih menunggu koreksi lebih lanjut untuk bisa memulai aksi beli kembali. Bahkan pasar sendiri kemungkinan telah mengantisipasi kebijakan dua kenaikan suku bunga oleh The Fed lebih lanjut.

Kekuatan dalam dolar dan meningkatnya imbal hasil obligasi AS telah menjadi tantangan bagi logam mulia dalam beberapa bulan terakhir. Pada hari Senin, Imbal hasil Obligasi 10-tahun sekitar 2,99%, sempat turun kembali ke sekitar 2,98%. Mendekati angka 3% bisa berpotensi mengalihkan investor untuk memikirkan kembali investasi dalam saham dan aset berisiko. Hal ini akan membuat investasi yang tidak memberikan imbal hasil seperti emas menjadi tidak menarik dimata investor.

Sementara itu, dolar yang lebih kuat dapat membuat harga aset surgawi ini kurang menarik bagi mereka yang menggunakan unit moneter lainnya. Indeks Dolar AS, telah naik 2,4% sepanjang tahun ini, meskipun kini terkoreksi sebesar 0,4%

Dalam perdagangan logam lain di bursa Comex, harga palladium naik $ 4, atau 0,4%, di $ 922,50 per ounce, sementara platinum turun 20 sen, atau kurang dari 0,1%, di $ 831,50 per ons. Harga tembaga turun satu sen, atau 0,4%, untuk mengakhiri $ 2,792 per pon. (Lukman Hqeem)